RADARSEMARANG.COM, Metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah kunci utama keberhasilan di sekolah. Juga dianggap oleh sebagian orang sebagai hal yang berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. Disadari atau tidak, faktor psikologis guru dan peserta didik berperan penting dalam keberhasilan pembelajaran di kelas.
Pembelajaran yang menyenangkan adalah impian bagi setiap peserta didik ataupun guru. Namun hal ini seringkali menjadi impian kosong belaka. Alih-alih pembelajaran menyenangkan yang didapat di kelas, seringkali guru dan peserta didik mengalami hal sebaliknya. Pengemasan penyampaian materi yang kurang mengena atau peserta didik yang kurang memperhatikan guru, dan komunikasi yang tidak efektif memicu semakin tidak menyenangkannya pembelajaran. Di SMP Negeri 1 Warungasem Kabupaten Batang, mapel IPS masih dianggap pelajaran yang membosankan di kelas..
Seringkali tanpa disadari, kita kadang kurang memperhatikan sisi psikologis peserta didik. Seringkali para guru terjebak dengan standar mereka yang terlalu tinggi tanpa memperhatikan faktor lain dari peserta didik. Sehingga proses belajar mengajar menjadi teacher center. Guru yang menjadi pemain utama dan siswa menjadi objek belaka.
Disadari atau tidak, pikiran dan penilaian terhadap peserta didik terbentuk dengan sendirinya. Akan tetapi akan berbeda jika kita sebagai guru dapat memahami peserta didik tersebut dari berbagai sudut pandang berbeda. Artinya, hasil penugasan, pelatihan, penilaian atau bahkan sikap yang ditunjukkan peserta didik tersebut tidak menjadi satu-satunya tolak ukur prestasi atau kompetensi yang dimiliki peserta didik. Bisa jadi hal tersebut disebabkan adanya faktor lain.
Pernah suatu ketika salah satu murid penulis yang bernama Joko Candra dikatakan masuk dalam kategori siswa slow learner. Padahal penulis beranggapan dia bukan tipe itu. Ditambah lagi dengan sikapnya yang pembangkang dan sulit diatur. Yang lebih parah adalah dia seringkali memprovokasi teman-temannya untuk meniru sikapnya. Hal ini tidak membuat penulis patah hati dan putus asa, tapi menjadi tantangan tersendiri. Tapi penulis yakin banyak Joko Candra- Joko Candra lain di kelas bahkan sekolah lain yang harus didekati secara humanisme.
Hingga suatu ketika muncul ide untuk mendekati dia dan teman-temannya. Penulis mulai mengenal karakter dan gaya pertemanan mereka. Penulis berusaha mendekati dia, ngajak ngobrol. Secara tidak langsung dan tanpa disadari, Joko cerita banyak tanpa malu dan takut. Pertemuan dan perbincangan dengan dia, membawa penulis pada simpulan bahwa Joko “bermasalah” dikarenakan banyak faktor pemicu.
Hasil dari student hearing ini membuahkan gambaran solusi bagi Joko dan penulis selaku gurunya. Dari beberapa kali pembicaraan ke rumah Joko dan beberapa temannya, membawa dampak kedekatan antara penulis dan mereka. Mereka mulai tidak canggung untuk curhat tentang permasalahan mereka. Alhasil, ini berdampak positif pada pembelajaran di kelas. Kelas tambah hidup karena mereka bukan lagi sebagai objek tapi menjadi pemain utama. Dan sang guru menjadi fasilitator mereka dalam proses pembelajaran. Akhirnya penulis menyimpulkan bahwa yang Joko dan teman-temannya butuhkan adalah motivasi dan arahan. Mereka butuh seseorang yang bisa mengerti dan memahami apa yang mereka hadapi sekarang dalam rangka menuju masa depan mereka yang baik. (ips2/ton)
Guru SMP Negeri 1 Warungasem, Kab. Batang