28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Layanan Konsultasi BK untuk Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, PANDEMI dan kesehatan jiwa siswa, apa hubungannya?. Mengapa perlu menjaga kesehatan jiwa siswa?. Apakah protokol kesehatan yang diterapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut?. Bagi masyarakat awam, dalam kondisi pandemi yang terjadi tiba-tiba, hal terpenting yang terpikir tentunya bagaimana bisa bertahan hidup dan selamat dari situasi yang serba sulit ini. Bahkan, prioritas utama bagi masyarakat tentunya ketersediaan pangan dan papan untuk bertahan. Lalu bagaimana dengan kebutuhan lain seperti misalnya pendidikan bagi anak-anak?. Kebutuhan ruang bermain dan bereksplorasi bagi anak-anak, apakah juga terpikirkan?.

Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang didalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stress, menjalani kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan serta berperanserta di komunitasnya. Sedangkan menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” bahwa “kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram”. Dari dua pengertian tersebut, maka sangat disadari, bahwa siswa sangat rentan mengalami kondisi stress karena perubahan yang mendadak dalam kehidupan sehari-harinya.

Begitu pula ketika diberlakukan kebijakan Belajar Dari Rumah (BDR), karena situasi pandemic covid 19. Sekolah tetap memberikan pembelajaran dengan fokus utama adalah tetap menjaga kesehatan anak-anak, guru dan orang tua.

Di SMPN 22 Semarang, selain mengaktifkan grup paguyuban orang tua untuk menjalin komunikasi, juga membentuk grup whatsapp tiap mata pelajaran dan tiap kelas sebagai langkah awal. Sedangkan model pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran berbasis proyek yang merupakan kolaborasi antar mata pelajaran, sehingga beban tugas yang diemban siswa maupun guru tidak sama-sama memberatkan, demikian pula halnya dengan orang tua. Pembelajaran kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengurangi beban siswa, orang tua maupun guru, yang juga dapat mengurangi resiko stress karena beban belajar.

Disamping pembelajaran kolaboratif yang menyenangkan, guru bimbingan konseling juga terlibat aktif dengan mengoptimalkan layanan konsultasi baik untuk siswa maupun orang tua. Melalui layanan konsultasi guru bimbingan konseling senantiasa memberikan motivasi dan pesan-pesan positif kepada siswa lewat grup kelas masing-masing. Materi yang disampaikan lebih bersifat faktual atau sesuai kebutuhan siswa saat ini, contohnya adalah perlunya menerapkan pola gizi berimbang untuk menjaga imunitas siswa.

Layanan konsultasi diselenggarakan dalam Whatsapp Grup Kelas. Komunikasi yang terjalin antara siswa dan guru bimbingan konseling cukup membantu siswa dalam menjaga kesehatan mentalnya. Siswa dapat mengurangi beban dan kejenuhan yang dirasakan selama kegiatan BDR. Layanan konsultasi juga cukup efisien ketika ada siswa yang tidak memiliki fasilitas untuk mengakses kelas, guru bimbingan konseling dapat mengambil peran dengan melakukan kunjungan rumah serta melakukan layanan konsultasi dengan orang tua siswa maupun wali kelas, sehingga dapat menjembatani komunikasi antara siswa dengan sekolah yang sempat terputus. Model komunikasi yang ringan, saling sapa dengan bahasa anak-anak yang kekinian yang dilakukan oleh guru juga mempengaruhi respon siswa lebih positif dalam menerima materi yang disampaikan, tanpa perlu merasa terbebani dan mengalami depresi akibat banyak tugas.

Kondisi pandemi banyak memberikan pelajaran baru bagi semua pihak, siswa, orang tua dan juga guru. Bersama-sama saling menguatkan, saling menjaga dan saling mengingatkan menjadi kunci di SMPN 22 Semarang untuk dapat bertahan dalam kondisi saat ini. Dengan kolaborasi dan pengertian menjadikan situasi yang tidak menyenangkan ini dapat dilalui dengan baik dan dapat diminimalisir keadaan stress . Tetap memberikan semangat dan motivasi positif kepada siswa menjadi mood booster untuk mengurangi resiko depresi itu sendiri, sehingga siswa dapat terpelihara kesehatan mentalitasnya. (ips2/zal)

Guru BK SMPN 22 Semarang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya