32 C
Semarang
Saturday, 21 December 2024

Asyik Belajar Komunikasi Matematis dengan CIRC

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Matematika umumnya identik dengan perhitungan angka-angka dan rumus-rumus, sehingga muncullah anggapan bahwa skill komunikasi tidak dapat dibangun pada pembelajaran matematika. Anggapan ini tentu saja tidak tepat. Komunikasi matematis merupakan suatu keterampilan penting dalam matematika yaitu kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika kepada teman, guru dan lainnya melalui bahasa lisan dan tulisan, termasuk didalamnya kemampuan membaca wacana matematika dengan pemahaman.

Standar kemampuan komunikasi matematis siswa menurut National Center Teaching of Mathematics(NCTM) adalah mengatur dan menggabungkan pemikiran matematis mereka melalui komunikasi; mengomunikasikan pemikiran matematis mereka secara koheren dan jelas kepada teman, guru dan orang lain; menganalisis dan menilai pemikiran dan strategi matematis orang lain; menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika dengan tepat.

Sedangkan menurut Wardhani (2008: 19) komunikasi matematis meliputi komunikasi ide-ide, gagasan pada operasi atau pembuktian matematika banyak melibatkan kata-kata, lambang matematis, dan bilangan. Menyajikan persoalan atau masalah ke dalam model matematika yang berupa diagram, persamaan matematika, grafik, ataupun tabel. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

Pada kurikulum matematika terdapat kompetensi dasar keterampilan menyelesaikan masalah yang secara umum tagihannya berbentuk soal cerita atau esai. Tentu hal ini membutuhkan kemampuan komunikasi matematis, mulai dari bagaimana memahami bacaan matematika. Dan menurut Wahyudin (2008: 34), merupakan fakta bahwa kurangnya pemahaman bacaan matematika dapat menimbulkan beraneka masalah bagi siswa, yang jika tidak diperhatikan secara khusus sangat menghambat proses pembelajaran.

Berdasarkan kenyataan di lapangan, masih banyak siswa yang mengalami kendala dalam hal komunikasi matematis, termasuk di SMPN 29 Semarang. Siswa masih kesulitan dalam menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika baik secara lisan maupun tertulis, kesulitan dalam membuat persamaan atau kalimat matematika. Maka, guru perlu merancang pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi positif sehingga memungkinkan siswa dapat melakukan komunikasi matematika secara efektif.

Salah satu alternatif solusia dalah model pembelajaran kooperatif yang memiliki sintaks kegiatan literasi baca tulis yaitu CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) atau pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis. Dimana tujuan utama dari CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa meningkatkan kemampuan dalam memahami bacaan (Slavin 2008).

Menurut Suyitno (2005: 4), kegiatan pokok CIRC dalam menyelesaikan soal cerita meliputi rangkaian kegiatan kelompok yang spesifik. Yaitu pertama, salah satu anggota kelompok membacakan soal dengan suara keras. Kedua membuat prediksi atau menafsirkan isi soal, termasuk menuliskan yang diketahui danditanyakan secara singkat atau menggunakan simbol. Ketiga, saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal, misalnya membuat model atau persamaan. Keempat, menuliskan penyelesaian soal secara sistematis. Kelima, saling merevisi dan mengedit penyelesaian.

Dari pengalaman menerapkan CIRC pada materi aritmetika sosial, terlihat keasyikan siswa dalam berdiskusi kelompok. Dengan diskusi ini memungkinkan siswa berlatih untuk mengekspresikan pemahaman, memverbalkan proses berpikir, dan mengklarifikasi pemahaman atau ketidakpahaman mereka. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pemahaman matematiknya.

Guru bisa memberikan beberapa pertanyaan pemicu bagi tumbuhnya kemauan dan kemampuan berkomunikasi siswa. Ketika siswa berpikir, merespon, berdiskusi, mengelaborasi, menulis, membaca, mendengarkan, dan menemukan konsep-konsep matematika, mereka mempunyai berbagai keuntungan, yaitu berkomunikasi untuk belajar matematika dan belajar untuk berkomunikasi secara matematik. Hal demikian dapat diartikan bahwa proses komunikasi yang baik memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuan matematikanya. (ips2/lis)

Guru Matematika SMP Negeri 29 Semarang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya