27 C
Semarang
Tuesday, 17 June 2025

Belajar IPS Lebih Asyik dengan GI

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pembelajaran IPS di sekolah sejauh ini masih didominasi oleh pembelajaran konvensional. Siswa diposisikan sebagai objek yang dianggap tidak mengetahui apapun, sementara guru memposisikan sebagai yang paling berpengetahuan. Materi pembelajaran IPS diberikan dalam bentuk jadi, membuat siswa tidak mampu memahami dengan baik apa yang dipelajari. Siswa hanya menghafal materi, tidak ada kebermaknaan dalam proses belajar. Sedangkan, dalam penyajian materi IPS diperlukan sesuatu yang memberikan keleluasaan siswa dalam mempelajari, bertanya, merumuskan masalah, menganalisa masalah, serta memecahkan masalah dalam kehidupan sosial yang dihadapinya.

Kehadiran guru dan model pembelajaran yang dipakai dalam proses pembelajaran menempati posisi penting. Salah satu upaya guru yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan treatment melalui penerapan model pembelajaran investigasi kelompok atau Group Investigation (GI).

Eggen dan Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21), mengemukakan bahwa Group Investigation (GI) merupakan strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik.

Model pembelajaran GI memiliki beberapa manfaat, antara lain: melatih siswa menerima pendapat orang lain, bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakang (heterogen), membantu memudahkan siswa menerima materi pembelajaran, serta meningkatkan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah dan meningkatkan keterampilan proses siswa (Primarindha, 2012: 62).

Di sekolah saya, SD Negeri 03 Petarukan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, model pembelajaran ini, saya implementasikan di kelas VI pada materi pokok “Kenampakan Alam dan Keadaan Sosial di Indonesia dan Negara-Negara Tetangga”. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: a) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen; b) siswa menerima penjelasan maksud pembelajaran serta tugas kelompok yang harus dikerjakan; c) guru menyediakan sepuluh gulungan kertas yang masing-masing berisi satu anggota negara ASEAN, kemudian memanggil setiap ketua kelompok untuk mengambil satu gulungan kertas tersebut sebagai materi tugas dan setiap kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya terkait dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan negara anggota ASEAN yang menjadi tugas kelompok tersebut, misalnya mengenai kenampakan alam serta keadaan sosialnya; d) setiap kelompok diwakili salah satu anggota menyampaikan hasil pembahasannya, kelompok lain dapat menanggapi; e) guru memberikan penjelasan singkat apabila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan serta melakukan evaluasi.

Di samping banyak manfaatnya, model pembelajaran GI juga memiliki kekurangan. Beberapa kekurangannya antara lain sebagai berikut. Pertama, kontribusi siswa yang berprestasi rendah menjadi kurang, dikarenakan peran anggota kelompok yang berprestasi tinggi lebih dominan. Kedua, adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah, Ketiga, untuk menyelesaikan materi pelajaran, akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran konvensional. (on2/ton)

Guru SD Negeri 03 Petarukan


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya