RADARSEMARANG.COM, TEMBANG Macapat merupakan salah satu warisan budaya Jawa. Sebagai warisan budaya, maka kita perlu melestarikan keberadaannya. Salah satu caranya yaitu dengan diterapkannya Tembang Macapat dalam pembelajaran di sekolah. Tembang Macapat adalah bagian dari Tembang Jawa. Dalam Tembang Jawa terdiri dari dua tembang yaitu Tembang Macapat dan Tembang Dolanan. Tembang Jawa sebagai salah satu mata pelajaran pada Muatan Lokal.
Tembang Macapat terdiri dari sebelas tembang. Sebelas tembang Macapat tersebut memberikan makna gambaran perjalanan manusia dimulai dari dalam kandungan sampai dengan meninggal. Tembang Macapat tersebut antara lain Maskumambang (janin dalam rahim ibu), Mijil (lahir), Sinom (muda), Asmarandana (memadu asmara), Gambuh (kecocokan antara laki-laki dan perempuan), Dhandhanggula (menjadi manusia dewasa), Kinanthi (mendidik anak), Pangkur (prinsip dalam hidup), Durma (berderma), Megatruh (berpisahnya ruh dan raga), dan Pucung (dipocong atau meninggal). Dalam Tembang Macapat mengandung nilai-nilai moral, budi pekerti, dan petunjuk tentang perilaku yang harus dilakukan oleh manusia. Perilaku dari lahir sampai dengan meninggal dunia agar mendapat kemuliaan hidup dunia dan akhirat.
Bagi peserta didik melantunkan Tembang Macapat bukanlah hal yang mudah. Mereka menganggap Tembang Macapat lebih sulit dilantunkan dibandingkan lagu-lagu jaman sekarang. Alasannya yaitu cengkoknya sangat banyak. Tambah lagi, lagu Tembang Macapat identik dengan lagunya orang tua. Sebagai generasi yang akan mewarisi salah satu budaya Indonesia ini, tentulah harus menguasainya. Minimnya media pembelajaran menjadi kendala bagi guru dalam pembelajaran Tembang Macapat. Untuk itu, diperlukan kreativitas guru untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dalam malantunkan Tembang Macapat.
Di SD Negeri Kupang 01 Kecamatan Ambarawa belajar tembang mocopat memanfaatkan Deotif. Melalui Deotif (video interatif), guru bisa lebih mudah menyampaikan materi Tembang Macapat. Peserta didik menjadi lebih mudah untuk melantunkan Tembang Macapat. Hal ini dikarenakan deotif memungkinkan adanya komunikasi timbal balik antara video dengan peserta didik sebagai objeknya. Peserta didik menjadi tertarik dan terpengaruh melalui indra yang terlibat saat memperhatikan media video interatif. Mereka dapat belajar teknik penyuaraan atau penyajian Tembang Macapat. Selain itu, mereka juga belajar makna yang terkandung dalam syair Tembang Macapat. Secara sederhana, media video interaktif dapat digunakan sebagai sarana komunikasi melalui kombinasi antara teks, suara, dan gambar visual.
Video interaktif dibuat semenarik mungkin agar penyampaian materi pembelajaran Tembang Macapat lebih mudah dipahami. Peserta didik lebih mudah untuk melantunkan atau menyanyikan Tembang Macapat. Penggunaan video interaktif dapat menarik peserta didik karena semua indra terlibat. Dari tampilan video interatif peserta didik cenderung akan lebih memperhatikan materi pembelajaran Tembang Macapat.
Pembelajaran dengan menggunakan video interaktif dapat dikategorikan dalam pembelajaran inovatif dan bersifat konstruktivisme. Pembelajaran mengarah pada pembelajaran yang bermakna. Dalam pola pembelajaran ini, peserta didik dapat membangun sendiri apa yang didapatkannya melaui indera penglihatan dan pendengaran kemudian menghasilkan sebuah makna dari hasil pembelajaran.
Keunggulan lain dari media pembelajaran video interaktif ini yaitu mengurangi peran guru, sehingga pembelajaran tidak terpusat pada guru. Hal ini dikarenakan penggunaan video interakif merangsang adanya interaksi timbal balik antara media pembelajaran dengan peserta didik. Dapat dikatakan media pembelajaran video interaktif memancing peserta didik agar tertarik pada proses pembelajaran. Apabila peserta didik semangat belajar, tentulah keterampilan dalam melantunkan Tembang Macapat menjadi semakin meningkat. (ips1/zal)
Guru SDN Kupang 01, Kabupaten Semarang.