RADARSEMARANG.COM, SEKOLAH Sebagai Pusat kebudayaan maka sekolah mempunyai kewajiban untuk pelestarian dan pengembangan Kebudayaan (Wardiman; mendikbud). Wayang kulit adalah salah satu seni budaya orang jawa yang kini keberadaannya hampir punah.Hal ini dapat dilihat dari jarangnya masyarakat mengadakan pentas wayang kulit. Lebih–lebih kaum milenial sudah banyak yang tidak mengenal wayang kulit. Keadaan semacam ini kalau dibiarkan maka wayang kulit akan benar-benar hilang dari kebudayaan jawa. Untuk itu maka dunia pendidikan harus mulai meningkatkan pemahaman siswa tentang kebudayaan wayang kulit. Di SMA Negeri 2 Semarang upaya yang dilakukan sekolah untuk mengembangkan budaya wayang sudah dilakukan yaitu dengan memberi nama tiap-tiap ruangan baik ruang kelas maupun ruang kantor dengan nama-nama pewayangan,namun hal itu belum cukup untuk memotivasi siswa agar mulai menyukai pentas seni wayang kulit.
Keberhasilan pagelaran wayang kulit ditentukan oleh dialog antar personil wayang yang dilakukan oleh Dalang.Dialogis merupakan interaksi antar personal yang memiliki timbal balik antar sesamanya dan dilakukan oleh dua orang atau lebih (Wiki pedia). Dalam proses Belajar Mengajar menggunakan Model Dialogis guru berfungsi sebagai dalang, dengan kemampuan guru mengolah vocal baik intonasi maupun dialeg maka PBM akan berhasil.Saat ini bagian dari pagelaran wayang yang sangat disukai oleh penonton adalah munculnya Puno Kawan (Semar, Gareng,Petruk, dan Bagong), hal ini disebabkan oleh Kelucuan–kelucuan dialog, filsafat-filsafat kehidupan, pendidikan karakter sering dimunculkan oleh Dalang. Untuk saat ini menggunakan wayang sebagai media dengan Dialogis sebagai Model PBM akan lebih efektif menggunakan dialogis Puno kawan dalam Wayang.
Alat–alat optik merupakan konsep fisika di kelas XI IPA dengan alokasi waktu 12 JP.Contoh pembelajaran dialogis puno kawan dengan konsep alat optik kali ini hanya menggunakan alokasi waktu 2 JP sehingga hanya menampilkan sub konsep Mata, Kaca mata, kamera dan Lup. Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan media Dialogis puno kawan pada konsep Alat–alat optik.Dimulai dari guru membagikan LKPD pada seluruh siswa, selanjutnya pada layar LCD Proyektor ditampilkan gambar puno kawan siswa diminta untuk menuliskan nama–nama tokoh puno kawan tersebut. Guru menampilkan dialog para puno kawan. Petruk: mo kok membawa alat- alat seperti ini apa to mo (mo panggilan untuk semar dari anak–anaknya), Semar: ini alat untuk membantu penglihatan thole ini kaca mata, ini kamera,ini lup,ini mikroskup dan ini teropong. Semar: Coba kamu gareng apa fungsi kaca mata ini. Garemg : wah romo ki kok aneh kaca mata itu ya untuk asesoris biar cakep. Semar: coba bagong apa fungsi kaca mata ini, Bagong: wah..ya untuk membaca mo,bisa juga untuk melihat jauh seperti yang dipakai kang gareng saat megemudi. Semar: Pinter ini bener-bener anak Romo.
Semar menjelaskan bagai mana tentang macam–macam cacat mata dan jenis lensa kaca mata yang harus digunakan ,berapa dioptri ukuran lensa kaca mata yang diperlukandan jalannya sinar pembentukan bayangan pada mata. Petruk: kalo kamera itu mo gimana cara menggunakannya. Gareng: Begitu aja gak bisa truk. Petruk: memang kang gareng bisa mudheng tentang kamera? Gareng menjelaskan apa itu kamera penggunakannya bagaimana, sampai cara mengehitung jarak objek, jarak bayangan (letak filem) terhadap lensa. Bagong: kalo itu mo alat yang hanya satu lensa cembung? Petruk: itu namanya kaca pembesar Gong lebih terkenal dengan nama LUP.Petruk menjelaskan lup pada Bagong mulai apa itu Lup, apa manfaatnya,bagaimana melukis bayangan pada lup baik dengan mata tak berakomodasi maupun berakomodasi maksimum dan diakhiri cara menentukan perbesaran yang dihasilkan oleh Lup. Dalam pelaksanaan dialog disertai gambar – gambar puno kawan yang berdialog dan candaan – candaan yang mendidik dan lucu, tidak lupa menyelipkan pendidikan karakter di sela–sela membahas konsep. Pembelajaran ditutup dengan meminta siswa untuk mengerjakan LKPD dan hasilnya dipresentasikan didepan kelas.
Dengan Persiapan yang matang,dengan memahami karakter masing–masing puno kawan dengan peralatan lensa virtual yang lengkap.maka Siswa akan berhasil untuk memahami konsep Alat – alat optik dengan baik,dan meningkatkan motivasi siswa untuk melihat pagelaran wayang akibatnya budaya Wayang kulit yang adiluhung tetap terpelihara. Wayang kulit sebagai media pembelajaran sangatlah efektif. Guru dapat mengembangkan lebih lanjut menggunakan tokoh–tokoh wayang yang lain. (dj2/zal)
Guru SMAN 2 Semarang