RADARSEMARANG.COM, KETERAMPILAN menyusun teks recount lisan dan tulis memiliki hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan, keterampilan tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Keterampilan menulis tidak dapat berdiri sendiri tanpa keterampilan berbahasa, karena kemampuan menulis tidak dapat terlepas dari ide tulisan, gagasan tulisan, dan gambaran penulisan. Hal tersebut didukung oleh kemampuan membaca. Siswa yang memiliki tingkat penulisan yang baik maka tentunya siswa tersebut memiliki tinggkat membaca yang tinggi. Semakin banyak siswa membaca, semakin banyak pula ide yang bersarang di kepala untuk dituangkan ke dalam tulisan.
Berbahasa merupakan sebuah kemampuan yang harus dimiliki setiap individu untuk mempermudah menyebarkan dan mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam berinteraksi. Kemampuan berbahasa terdiri dari empat komponen yang tidak dapat dipisahkan dan memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Kemampuan membaca dan menulis diterapkan disetiap Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran siswa jenjang SMP mata pelajaran Bahasa Inggris. Pembelajaran membaca dan menulis diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Inggris yang terdapat dalam KD (Kompetensi Dasar) 4.11.2 Menyusun teks recount lisan dan tulis, sangat pendek dan sederhana, terkait pengalaman pribadi di waktu lampau (personal recount) dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks. Penyusunan teks lisan yang dipergunakan sebagai alat komunikasi sosial merupakan salah satu cara mengasah kemampuan berbahasa siswa.
TTW (Think Talk Write) adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. (Huinker dan Laughin dalam Miftahul Huda, 2013:218) menyatakan bahwa strategi ini didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah perilaku sosial. Strategi TTW mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Strategi ini digunakan untuk menggembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan. Menurut Silver dan Smith (1996:21), peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi TTW adalah mengajukan dan menyediakan tugas yang memungkinkan siswa secara aktif berpikir, mendorong dan menyiapkan ide-ide yang dikemukakan siswa secara lisan dan tertulis dengan hati-hati, mempertimbangkan dan memberi informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi, serta memonitor, menilai, dan mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif.
Pengalaman penulis menerapkan strategi TTW dalam pembelajaran bahasa Inggris kelas VIII SMP Negeri 1 Patean Kendal KD 4.11. 2 (teks recount lisan dan tulis sangat pendek dan sederhana) dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (Think), untuk dibawa ke forum diskusi. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan (Talk), pada tahap ini siswa berinteraksi dan mengemukakan ide-ide mereka menggunakan bahasa dan kata-kata sendiri. Pemahaman dibangun melalui interaksi. Siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahan dan komunikasi dalam bentuk tulisan (Write). Kegiatan akhir adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Beberapa perwakilan kelompok ditunjuk untuk mempresentasikan di depan kelas dan yang lainnya memberikan tanggapan.
Setelah pembelajaran selesai penulis meminta setiap siswa memberikan komentar tentang proses pembelajaran suka atau tidak, ternyata 95% siswa menyukai proses pembelajaran dan meminta kepada guru untuk melakukan pada pembelajaran berikutnya. Hasil penilaian harian juga sangat memuaskan karena 90% siswa tuntas belajar dengan rata-rata nilai mencapai 85. (dj1/zal)
Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Patean Kendal