RADARSEMARANG.COM,Permasalahan dunia pendidikan semakin kompleks. Fenomena dunia milenial semakin terasa. Kebutuhan hidup manusia telah bergeser. Kehidupan era 4.0 gawai menjadi kebutuhan utama semua orang, norma dan aturan sosial budaya banyak yang bergeser, serta ketersedian sumber belajar yang tak terbatas. Sejalan dengan kebijakan merdeka belajar yang digaungkan oleh Kementerian Pendidikan, di mana pendidikan berpusat pada peserta didik yang dilakukan dalam proses literasi dengan menghadirkan kedekatan antara pendidik dan peserta didik, dengan memposisikan masing-masing sebagai subjek. Sehingga proses literasi dalam pembelajaran menjadi budaya atas dasar kesadaran sendiri.
Semua itu akan menjadi keunggulan bila dikelola dengan baik. Demikian juga yang terjadi di SMP Negeri 2 Kota Pekalongan, yang merupakan salah satu sekolah unggul.
Penyiapan sekolah unggul tidak dapat lepas dari campur tangan kepala sekolah yang “bertangan dingin”, yang menguasai strategi dan siap mengolah untuk menghasilkan generasi unggul, kualitas super. SMP Negeri 2 Pekalongan menyiapkan sekolah unggul dengan memodifikasi “Panca Usaha Tani” dalam sebuah strategi yang disebut Strategi CIBLeK atau Cerdas, Inovatif, Berkarakter Low Profile dan Kreatif dengan fokus pada empat pilar pengembangan sekolah, yaitu Pengembangan SDM Mandiri, Pengembangan Budaya Mutu, Pemberdayaan Masyarakat dan Pemanfaatan Jejaring.
Yang dimaksud Strategi CIBLeK yaitu suatu strategi yang mensyaratkan kepala sekolah cerdas, menguasai rasional teoritik dalam mendidik. Memahami landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana cara inovatif agar peserta didik mencapai tujuan pembelajaran di era kehidupan 4.0 yang dibangun dengan merdeka belajar dilandasi dengan kreativitas dan improvisasi dalam penguasaan teknologi komunikasi. Namun tidak jumawa (berkarakter low profile) dengan menyelaraskan pendidikan karakter: gigih, bersemangat, berintegritas, gotong royong yang dibalut dengan religiusitas yang tinggi dalam mengelola, memanfaatkan dan menciptakan lingkungan belajar yang dibutuhkan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan memanfaatkan teknologi untuk membuat jejaring yang mendukung profesinya.
Strategi pelaksanaannya: pertama, guru menyajikan pembelajaran di kelas dengan sintak pembelajaran logis untuk mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tidak sekadar transfer knowledge, tetapi mampu mengeksplorasi critical thinking dan creativity, serta kemampuan literasi yang dilakukan secara kolaborasi, sehingga peserta didik dapat mengomunikasikan hasil pengetahuannya. Menunjukkan keterampilannya dan memiliki sikap yang baik berorientasi pada pembelajaran Hight Order Thinking Skill (HOTS) secara rasional teoritik. Kedua, mengembangkan pendidikan karakter berbasis kelas dengan dukungan budaya sekolah. Ketiga, pengukuran dan penilaian berbasis kelas dengan penilaian autentik sebagai wujud pertanggung jawaban proses. Keempat, membangun komunikasi efektif dengan orang tua/ wali dan stakeholder melalui komite sekolah serta melibatkan diri dalam jejaring, baik dalam organisasi profesi maupun komunitas pendidikan lainnya secara virtual maupun sosial.
Kegiatan peer teaching colaburations sesama kepala sekolah dibutuhkan untuk memperkuat peran dalam melakukan supervisi akademik menjadi bagian terpenting mewujudkan SDM unggul, walaupun kepala sekolah tidak lagi berkewajiban mengajar di kelas. Hal ini merupakan upaya nyata dari pengembangan budaya mutu sekolah yang diselaraskan dengan kondisi lingkungan dan pemerintah daerah. Kepala sekolah senantiasa memberi ruang gerak yang cukup pada peserta didik dan guru untuk melaksanakan aktivitas intelektual berpikir, berargumentasi, mempertanyakan atau mengkaji, sehingga sampai dapat menemukan sendiri dan mampu memprediksi hasil pembelajaran.
Kepala sekolah memiliki tanggung jawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran dengan merujuk pada perkembangan pembelajaran mutakhir merdeka belajar. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu memperhatikan pengelolaan kelas dengan mengatur meja yang luwes untuk menciptakan mood dan suasana kelas yang demokratis, menjamin kegiatan personality, kegiatan bermitra maupun kegiatan study club. Terciptalah pengalaman belajar yang bervariasi. Pengalaman belajar yang bervariasi akan memberikan sensasi yang mengarahkan kepada pengembangan kompetensi secara simultan, terus menerus sesuai dengan perkembangan diri peserta didik. Sehingga membentuk kualitas pribadi yang unggul, anak yang cerdas, inovatif, berkarakter low profil dam kritis. Tentunya dengan tidak mengurangi peran orang tua dan masyarakat maupun stakeholder dalam kerangka Tri Pusat Pendidikan yang diamanatkan dalam Sistem Pendidikan Nasional. (pkl2/aro)
Kepala SMPN 2 Kota Pekalongan