RADARSEMARANG.COM, “Belajar dari Covid-19” adalah jorgan yang sering kita lihat di sepanjang jalan. Tema Hardiknas 2020 yang dicanangkan Kementerian Pendidikan ini memiliki makna yang dalam. Sepintas memang terlihat dan terdengar aneh, belajar kok dari penyakit. Tapi jika dicermati, karena usaha kita untuk meminimalisasi penyebaran penyakit Covid-19 ini maka kita diharuskan tinggal di rumah.
Tinggal di rumah bukan suatu alasan untuk pekerjaan terbengkalai, kita diminta untuk bekerja dari rumah atau yang biasa kita dengar work from home (WFH). Banyak kegiatan yang harus diselesaikan, tentu saja membutuhkan sarana untuk membantu menyelesaikannya.
Salah satu usaha untuk menyelesaikan kegiatan atau proyek tertentu, tentu saja membutuhkan pengarahan dan diskusi. Pengarahan atau diskusi bertujuan untuk menyatukan pola pikir dan pandangan ketika menyelesaikan kegiatan atau proyek tertentu.
Agar pengarahan atau diskusi dapat dilakukan dari rumah maka dibutuhkan aplikasi pertemuan online (video conference online). Banyak aplikasi pertemuan secara online yang selama ini jarang direspon, namun beberapa waktu ini, menunjukkan grafik yang mencengangkan dalam penggunaannya di era WFH-ini. Banyak dari kita yang sebelumnnya malas belajar aplikasi pertemuan online dipaksa belajar aplikasi ini demi terselesaikannya kegiatan atau proyek tertentu.
Ketika memilih aplikasi pertemuan online, sebaiknya para pengambil keputusan mempertimbangkan poin-poin berikut ini: satu, cara penggunaan aplikasi. Cara penggunaan aplikasi yang mudah membuat peserta penggunanya nyaman dalam melakukan pertemuan secara online.
Dua, usia pengguna. Rentang usia pengguna juga menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan aplikasi. Rentang usia pengguna anak-anak tentu saja berbeda dengan rentang usia pengguna dewasa. Tiga, jumlah pengguna dalam suatu kelompok. Jika jumlah penggunanya sedikit gunakan aplikasi yang biasa digunakan, tetapi jika penggunanya banyak sebaiknya gunakan aplikasi yang mampu menampung jumlah peserta pengguna yang banyak.
Empat, kelebihan dan kekurangan aplikasi. Pelajari terlebih dahulu kelebihan dan kekurangan aplikasi sebelum meminta teman dalam satu kelompok pengguna menggunakan suatu aplikasi. Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan dari suatu aplikasi meminimalisasi keluhan dari teman pengguna aplikasi pertemuan online.
Lima, durasi waktu pertemuan. Setiap aplikasi tentu punya rentang waktu penggunaan. Jika penggunaan aplikasi untuk pertemuan online membutuhkan waktu yang lama dalam pembahasan suatu masalah, maka aplikasi pertemuan online yang berdurasi pendek tidaklah tepat untuk digunakan. Enam, fitur tambahan yang ditawarkan. Untuk menarik pengguna aplikasi biasanya pembuat aplikasi menawarkan fitur tambahan. Misal fitur tambahan mampu merekam pertemuan yang ada, dan ketika pertemuan online telah berakhir rekaman ini dapat dibagikan ke rekan yang tidak hadir karena alasan tertentu.
Tujuh, biaya. Penggunaan aplikasi berbayar atau gratis juga perlu diperhatikan. Untuk mendapatkan fitur-fitur tambahan yang sesuai dengan kelompok pengguna, pembuat aplikasi akan menambahkan biaya tertentu. Oleh sebab itu pemilihan aplikasi dengan fitur tambahan tertentu juga perlu mempertimbangkan biaya.
Tidak ada gading yang tak retak, peribahasa ini menunjukkan bahwa tidak ada aplikasi yang sempurna bagi kelompok pengguna. Aplikasi yang baik adalah aplikasi yang sesuai dengan karakter kelompok penggunanya. Misalkan pengguna aplikasi adalah anak TK, aplikasi berdurasi panjang dan cara penggunaan yang kurang simpel tidaklah baik karena anak TK motoriknya masih sangat aktif mereka tidak akan mungkin betah berlama-lama di depan aplikasi karena anak TK masih mudah terangsang bereksplorasi. Maka aplikasi yang baik adalah aplikasi yang berdurasi pendek dan simple dalam penggunaannya.
Jadi pastikan dengan mengenal karakter kelompok pengguna dan mempertimbangkan poin-poin di atas dapat membantu pengambil keputusan dalam memilih aplikasi pertemuan online yang baik dan tepat bagi kelompok penggunanya di era WFH ini. Termasuk yang penulis lakukan saat pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 di SMA Negeri 15 Semarang. (gml1/lis)
Guru TIK SMA Negeri 15 Semarang