RADARSEMARANG.COM, MATA Pelajaran sejarah sering dinilai sebagai mata pelajaran yang kurang menarik dan cenderung membosankan bagi siswa, selain itu siswa juga menganggap bahwa mata pelajaran sejarah cenderung hanya menghafal materi-materi pelajaran yang berkaitan dengan masa lalu, tanpa ada sangkut pautnya dengan masa sekarang. Guru sebagai tenaga pengajar merupakan seorang pendidik profesional yang memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah, ( UU No 14/2005 pasal 1 ayat 1, mengenai guru dan dosen). Untuk memperbaiki mutu pendidikan guru dituntut lebih kreatif dalam menyampaikan pembelajaran, sehingga siswa dapat tertarik dan lebih mengerti .
Pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah umumnya dilakukan satu arah (teacher center) artinya guru masih menjadi pusat kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pendapat Sudjana (1989 : 28) belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses melalui pengalaman . Belajar juga proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sanjaya (2010: 208-209, b) bahwa melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi kongkrit sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Selain itu penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran lebih meningkat. Karena materi pembelajaran sejarah konteksnya adalah membahas masa lalu dan tidak sedikit dari konsep yang ada didalam materi sejarah adalah sesuatu yang abstrak dan membutuhkan daya nalar tinggi, maka siswa memerlukan alat bantu atau media untuk menvisualisasikannya.
Pada materi “Masa Pra-Aksara di Indonesia”, pembelajaran IPS di SMP Negeri 3 Kedungwuni menggunakan model pembelajaran picture and picture. Model pembelajaran picture and picture merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif, dimana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk memfasilitasi siswa aktif belajar. Menurut Johnson and Johnson, prinsip dasar model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya, mempunyai tujuan yang sama, membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya, setiap anggota kelompok akan dievaluasi, setiap anggota kelompok akan dimintai mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah pembelajaran dengan model picture and picture yaitu: Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai. Kesimpulan/saran.
Kelebihan model pembelajaran picture and picture adalah materi yang diajarkan lebih terarah, dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada, dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar, pembelajaran lebih berkesan sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.
Setelah penerapan model pembelajaran picture and picture maka siswa menjadi aktif, kreatif, inovatif, siswa lebih berfikir logis, pembelajaran menjadi lebih bermakna, dan suasana kelas menyenangkan. (dj1/zal)
Guru IPS SMPN 3 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan