RADARSEMARANG.COM, Saat ini, guru Bahasa Indonesia ditantang untuk melakukan inovasi dalam pelajaran yang menarik. Sebab, sangat jarang penulis mendengar para siswa sekarang yang menunggu –tunggu pelajaran Bahasa Indonesia. Malah yang terjadi siswa merasa pembelajaran Bahasa Indonesia sangat membosankan. Mereka beranggapan Bahasa Indonesia tidak menarik sama sekali. Tak heran, saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung, kebanyakan di antara mereka melamun atau melakukan kegiatan – kegiatan untuk menyibukkan dirinya sendiri. Hal itu juga terjadi di SMP Negeri 2 Bukateja, Kabupaten Purbalingga.
Fenomena yang terjadi di lapangan, para siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru Bahasa Indonesia dengan hati yang tulus. Raut wajahnya masih menggambarkan keterpaksaan. Berbeda dengan bidang studi lain seperti matematika, yang apabila ada PR, maka sebagian besar mereka akan semangat untuk mengerjakan tugas tersebut. Terlepas karena terpaksa atau tidak, intinya mereka merasa terbebani.
Melihat kondisi seperti ini, para guru Bahasa Indonesia perlu melakukan evaluasi pembelajaran. Bila perlu diteliti apakah sistem yang digunakan selama ini saat pembelajaran Bahasa Indonesia sudah benar ataukah masih dalam jalur yang salah
Sebagai guru Bahasa Indonesia, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, ketika tugas sudah diberikan kepada siswa, kita harus segera merespons tugas mereka. Caranya dengan langsung memeriksanya. Sebab, selama ini tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia sudah cukup banyak, tetapi dalam sistem penilaiannya masih terbatas. Masih banyak tumpukan tugas yang tinggal tumpukan semata tanpa memeriksanya lalu mengembalikan hasilnya kepada siswa. Hal itulah yang membuat mereka malas sekaligus tidak sungguh – sungguh untuk mengerjakan tugas.
Kedua, kita harus mencari cara/ metodologi pembelajaran Bahasa Indonesia yang membawa iklim pembelajaran yang menyenangkan dan membuat stimulus kepada siswa untuk tetap menunggu setiap pembelajaran Bahasa Indonesia. Caranya, guru membuat semacam permainan yang memberi ruang kepada siswa agar menggugah semangat belajarnya. Ibarat sinopsis cerita atau sinopsis sebuah film, mereka akan penasaran. Membuat mereka merasa bahwa tanpa mempelajari Bahasa Indonesia terasa tidak lengkap dalam kehidupan akademiknya, sehingga Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran favorit
Ketiga, hal yang paling penting adalah kepercayaan diri kita pada apa yang kita ajarkan. Hal itu akan membawa motivasi tersendiri bagi kita untuk tetap semangat mengajarkan Bahasa Indonesia. Rasa kebanggaan yang terpancar dalam diri kita akan turut serta memberi cahaya terang pada siswa untuk menularkan rasa kecintaan berbahasa Indonesia yang sekaligus rasa bangga dan suka terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mengapa kita tidak melakukannya, sementara orang asing berlomba – lomba mempelajari bahasa kita.
Semoga kita khususnya pengajar Bahasa Indonesia selalu berkarya dan menjadikan Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran favorit siswa di sekolah. Pada akhirnya di kehidupan masyarakat juga mereka akan bangga terhadap penggunaan Bahasa Indonesia. Sehingga meminimalkan kecintaan yang berlebihan dari mereka terhadap bahasa asing, seperti Bahasa Inggris, Mandarin, dan lain – lain. Harapan ini akan menjadi kenyataan manakala mulai hari ini kita berjanji untuk bertindak sekecil apa pun demi perubahan sikap positif siswa terhadap Bahasa Indonesia. Mari jadikan Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran (mapel) favorit siswa. (gm2/aro)
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Bukateja, Kabupaten Purbalingga