RADARSEMARANG.COM, PERMASALAHAN yang sering muncul dalam proses pembelajaran adalah pada saat pembelajaran banyak tingkah laku peserta didik yang tidak sesuai harapan guru. Mereka sering bergurau dengan teman sebangku, ngobrol sendiri, tidak memperhatikan guru dalam memberi penjelasan, adanya kejenuhan pada siswa dalam menerima pembelajaran, kurangnya semangat siswa, gangguan di dalam kelas, serta perhatian siswa yang rendah, belum lagi karena jadwal pelajaran matematika yang berada pada jam akhir, sehingga mudah sekali untuk memicu suasana yang tidak kondusif, seperti siswa yang mengantuk dan kegaduhan menjelang waktu pulang akibatnya kualitas pembelajaran dan hasil belajarnya rendah. Keadaan pembelajaran matematika yang masih rendah tersebut, juga ditemukan di SMA Negeri 2 Pemalang.
Model pembelajaran TGT menurut Hamdani (2011 : 92) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa adanya perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Slavin (2015 : 163) menambahkan TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana peran siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat lima komponen yaitu presentasi kelas, tim, game/ permainan, turnamen/pertandingan, dan penghargaan tim. Untuk presentasi kelas, pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. Tim terdiri dari empat sampai lima peserta didik anggota kelas dengan kemampuan yang berbeda.
Anggota tim mewakili kelompok yang ada di kelas dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras atau suku. Fungsi utama tim tersebut adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim belajar, lebih khusus lagi adalah untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat mempelajari Lembar Kerja Siswa (LKS) dan mengerjakan soal – soal dalam turnament dengan baik. Setelah presentasi kelas kegiatan tim umumnya adalah diskusi antar anggota, saling membandingkan jawaban, memeriksa dan mengoreksi kesalahan konsep anggota tim.
Permainan didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai peserta didik dan biasanya disusun dalam` pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Permainan ini dimainkan oleh tiga atau empat peserta didik yang berkemampuan setara, di mana siswa tersebut merupakan wakil dari masing-masing tim atau kelompok yang berbeda.
Kelengkapan permainan kebanyakan berupa pertanyaan atau soal dan kunci jawaban bernomor serta dilengkapi dengan kartu bernomor. Salah satu peserta didik mengambil kartu bernomor, membaca pertanyaan dari nomor terambil yang sesuai dan berusaha menjawab pertanyaan. Peserta didik lain boleh menantang apabila mempunyai jawaban yang berbeda. Keempat, Turnamen. Dalam turnamen tiga atau empat peserta didik yang setara dan mewakili tim yang berbeda bersaing dalam turnamen. Siswa yang mewakili tim atau kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen.
Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut: pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kedua, pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Ketiga, pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Keempat, soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Kelima, setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Keenam, pembaca soal membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Ketujuh, permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang.
Permainan ini dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas membacakan soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab ataupun memberi jawaban pada peserta lain. Kedelapan, setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Kesembilan, selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok.
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rata-rata skor kelompok. Untuk menilai skor rata–rata kelompok, dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Tim-tim yang telah berhasil mendapat nilai rata-rata melebihi kriteria tertentu diberi penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan bentuk lain. Penghargaan tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai tugas siswa. Selain itu diberikan pula hadiah (reward) sebagai motivasi belajar. (Slavin, 2008).
Hasil penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Tems Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika memberikan hasil dan dampak positif terhadap peserta didik. Dalam aspek kognitif, yang diukur melalui post test menunjukkan bahwa siswa sudah mampu memahami dengan lebih baik karena adanya tutor sebaya yang mempermudah siswa untuk belajar. Dalam aspek afektif, selain dilihat dari hasil skala sikap yang meningkat, hasil observasi pun menunjukkan bahwa siswa lebih termotivasi mengikuti pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif model TGT sangat cocok digunakan dalam pelajaran matematika karena melalui model ini, siswa tidak hanya dituntut memahami materi tapi siswa harus bisa menghadapi persaingan dan menyikapi setiap hasil yang diterima oleh kelompok, sehingga hasil belajar pun akan lebih meningkat. (gm1/zal)
Guru Matematika SMAN 2 Pemalang