RADARSEMARANG.COM, BANYAK yang beranggapan bahwa sejauh ini pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia belum menunjukkan hasil yang berarti. Sebagaimana di SMK Negeri Karangpucung, memang masih banyak siswa yang belum mampu menyimak, berbicara, membaca dan menulis dengan baik. Padahal, rendahnya kemampuan apresiasi siswa bukan berarti pembelajaran apresiasi sastra kurang diajarkan atau mendapat porsi sedikit. Tapi lebih disebabkan karena penerapan model pembelajaran yang kurang tepat dari guru.
Ada kecenderungan pembelajaran sastra kurang melibatkan siswa secara langsung dalam menikmati sebuah karya. Selama ini, lebih fokus pada hafalan, seperti halnya mengajarkan ilmu-ilmu lain. Model pembelajaran sastra tersebut kurang tepat karena sastra hanya menjadi objek yang terpisah dari siswa, sehingga siswa tidak terlibat langsung dengan karya sastra dalam proses membaca dan menginterpretasikan karya sastra. Akibatnya tujuan pembelajaran apresiasi sastra tidak tercapai dan apresiasi siswa rendah.
Di kelas XI AKL3 SMK Negeri Karangpucung ada indikasi bahwa kemampuan apresiasi sastra siswa dalam pembelajaran puisi masih rendah. Bahkan sikapnya terhadap pembelajaran sastra khususnya puisi juga kurang responsif. Sementara itu, gaya mengajar guru kurang variatif dan inovatif. Akibatnya pembelajaran sastra kurang diminati siswa dan membosankan. Bahkan sebagian siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran puisi.
Berangkat dari permasalahan tersebut penulis tertarik menerapkan Metode Resepsi Berbasis Kontekstual. Menurut Umar Yunus (1986:32) dalam bukunya Resepsi Sastra sebuah Pengantar menjelaskan bahwa pendekatan resepsi adalah pendekatan yang menghargai pembaca sebagai subjek yang secara langsung membaca dan menanggapi karya sastra. Resepsi berarti tanggapan. Sesuai dengan namanya pendekatan ini mencoba memahami karya sastra berdasarkan tanggapan para pembaca terhadap karya sastra tertentu.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota kelurga dan masyarakat (Nurhadi, 2002:1).
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi pembelajaran. Tugas guru mengelola kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelasnya. Kontekstual hanya sebagai strategi. Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan tujuh komponen pembelajaran kontektual, yaitu kontruktivisme, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian. Melalui penerapan model tersebut, yaitu Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Metode Resepsi Berbasis Kontekstual ternyata pembelajaran apresiasi puisi ini mampu meningkatkan sikap dan daya apresiasi sastra siswa khususnya puisi. Siswa yang belum memiliki sikap cukup positif terhadap sastra, setelah pembelajaran apresiasi puisi dengan metode ini, sikap siswa menjadi positif. Sikap positif tersebut diikuti dengan kemampuan analisis puisinya (daya apresiasinya).
Peningkatan sikap tersebut tampak pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa sangat antusias dan senang mengikuti pembelajaran apresiasi puisi dengan metode resepsi berbasis kontekstual. Dengan pendekatan kontekstual, siswa terkondisikan belajar secara kelompok dan presentasi sehingga memupuk rasa percaya diri siswa dan kerjasama antarsiswa semakin meningkat. (dar1/ida)
Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri Karangpucung Kabupaten Cilacap