RADARSEMARANG.COM, KOMPETENSI yang ada dalam pelajaran seni budaya kelas VII semester 2 KD 4.3 yaitu memeragakan gerak tari sesuai dengan level dan pola lantai. Indikatornya melakukan gerak tari berdasarkan level tinggi, sedang, dan rendah sesuai iringan.
Pertunjukan wayang kulit di Jawa Tengah merupakan pertunjukan favorit saat ini. Pertunjukan tersebut merupakan warisan adiluhung yang berisi tontonan dan tuntunan di masyarakat.
Pertunjukan wayang kulit sangat tepat untuk diapresiasi oleh siswa dalam pelajaran seni budaya. Pertunjukan tersebut sebagai bahan perbandingan dan acuan dalam pelajaran seni budaya khususnya pada sub seni tari. Guru merasa hal ini sangat tepat diterapkan pada pembelajaran kompetensi tersebut di SMP Negeri 1 Pegandon.
Pertunjukan wayang kulit banyak memberikan masukan untuk diamati. Siswa memperhatikan gerak-gerak pada tokoh pewayangan dan iringan yang ditampilkan dalam pertunjukan yang biasanya berlangsung dalam semalam suntuk.
Unsur dalam pertunjukan wayang kulit banyak mencakup beberapa aspek. Aspek seni rupa terdapat pada berbagai warna dan bentuk pada wayang. Aspek seni musik terdapat pada iringan baik berupa alunan musik dan vokal yang mengiringi. Aspek tari terdapat pada gerak wayang yang ditampilkan pada layar atau kelir. Aspek seni drama atau teater terdapat pada dialog yang ada pada setiap adegan.
Iringan yang digunakan adalah iringan pentatonis yang berupa gamelan berlaraskan pelog dan slendro. Pada saat sekarang ini sudah banyak yang dikolaborasi dengan musik diatonis untuk memberikan variasi dan greget dalam penampilan pertunjukan wayang kulit.
Dalam hal ini, pengamatan yang dilakukan siswa adalah pada aspek gerak yakni pada sub seni tari dalam eksplorasi gerak yang ada pada pertunjukan wayang kulit yang merupakan inspirasi untuk diolah menjadi gerak pada seni tari yang berkarakter kuat.
Gerak yang ditampilkan meskipun hanya berupa penampilan gerak yang berbentuk dua dimensi, tetapi sangatlah memberikan inspirasi pada siswa untuk merangsang adanya eksplorasi gerak tari yang akan dilakukan oleh siswa.
Gerak yang diambil adalah gerak pada tokoh wayang kulit yang biasanya ditampilkan pada pengantar suatu adegan. Biasanya pada tokoh utama dan lebih banyak pada tokoh pendukung yang memberikan suasana selingan sore dan selingan tengah malam.
Selingan sore, misalnya setelah pada kedaton, yaitu setelah tokoh utama atau raja keluar dari
istana tepatnya pada adegan Cangik dan Limbuk. Selingan tengah malam, misalnya pada acara goro-goro yang menampilkan tokoh pendukung yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Inspirasi gerak yang ada tidak hanya pada tokoh-tokoh yang melakukan gerak saja, tetapi juga terdapat pada iringan yang digunakan pada pertunjukan wayang kulit. Iringan yang menjadi sumber inspirasi lebih banyak pada suasana selingan karena lebih banyak menampilkan musik-musik yang mengiringi lagu-lagu yang biasanya merupakan permintaan penonton. Iringan yang digunakan untuk mengiringi lagu-lagu biasanya lebih dinamis dan menarik sehingga dapat merangsang gerak-gerak tertentu sehingga tercipta gerak tari.
Pertunjukan wayang kulit yang ditampilkan semalam suntuk telah diamati siswa. Hal tersebut sangat mendukung pembelajaran. Siswa mengolah inspirasi dan daya nalar sehingga dapat memberikan hasil kreasi siswa yang berupa gerak dan dirangkai sehingga akan tercipta suatu hasil karya seni tari yang indah, menarik sesuai dengan iringan, serta berkarakter. (ikd2/ida)
Guru Seni Budaya SMPN 1 Pegandon Kabupaten Kendal