RADARSEMARANG.COM, Dalam pembelajaran muatan mapel IPS kelas VI B tema 8 pada kompetensi dasar 3.4 menganalisis posisi dan peran Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan dalam lingkup ASEAN, hasil belajar siswa SD Negeri 2 Nolokerto, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal masih sangat rendah.
Terbukti dari jumlah 34 siswa yang mengikuti penilaian harian, sebanyak 23 anak (68%) belum tuntas, dan sisanya sebanyak 11 anak (32%) sudah melampaui KKM. Pada waktu pembelajaran IPS, masih banyak siswa yang berbicara sendiri, pasif dan tidak fokus. Tetapi ada juga sebagian anak yang mau mengajukan pertanyaan, dan mau berpartisipasi dalam pembelajaran.
Untuk meningkatkan proses dan hasil belajar IPS, maka guru mencari alternatif pemecahan masalah yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat dilaksanakan secara interaktif dan menyenangkan serta berpusat kepada siswa. Sehingga dapat mengembangkan siswa untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif, sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna. Salah satunya, menggunakan model pembelajaran Make a Match (mencari pasangan).
Menurut Shoimin (2014: 98) Model pembelajaran Make A Match merupakan model pembelajaran yang dikembangkan Loma Curran. Ciri utama model Make A Match adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep dalam suasana menyenangkan.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Make A Match ini sebagai berikut: pertama, guru menyampaikan materi KD 3.4 menganalisis posisi dan peran Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan dalam lingkup ASEAN atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi. Kedua, guru menyiapkan beberapa kartu sejumlah siswa dalam kelas, kemudian membaginya menjadi dua bagian yang sama. Satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Kartu – kartu tersebut diacak kemudian guru membagikan kartu tersebut kepada masing-masing siswa.
Ketiga, siswa memikirkan pasangan pertanyaan atau jawaban dari kartu yang diperolehnya. Selanjutnya siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang diperolehnya. Jika sudah mendapatkan pasangannya, siswa disuruh berdiri berdekatan dengan pasangannya di depan kelas.
Keempat, guru memberikan batas waktu mencari pasangan kartu. Jika siswa tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama. Kemudiann guru memanggil setiap pasangan untuk melakukan presentasi. Guru bersama siswa memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
Melalui penggunaan model pembelajaran Make a Match membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran juga berlangsung dengan menyenangkan. Terkadang apabila siswa mendapatkan pasangannya lawan jenis, siswa terlihat malu- malu. Namun demikian pembelajaran mapel IPS menjadi hidup dan berkesan. Hal tersebut meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti setelah dilaksanakan evaluasi menunjukan bahwa terjadi peningkatan perolehan rata-rata hasil pembelajaran yang dicapai menjadi 82,6 dengan persentase ketuntasan belajar individu meningkat menjadi 85% dari 34 siswa yaitu 29 siswa yang memperoleh ketuntasan, dan hanya 5 siswa yang belum tuntas. (pgn2/aro)
Guru SD Negeri 2 Nolokerto, Kaliwungu, Kendal