31 C
Semarang
Thursday, 8 May 2025

Membangun Budaya Baca Anak melalui WhatsApp

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengimbau agar aktivitas pembelajaran di sekolah untuk dilakukan di rumah dengan pengawasan orang tua. Mendikbud juga mengimbau agar para pendidik bisa turut melakukan pembelajaran dari rumah dengan memanfaatkan teknologi. Tidak harus selalu memakai peralatan yang canggih, tetapi bisa dilakukan dengan media sederhana. Guna menindaklanjuti himbauan tersebut, saya sebagai guru di SD N 4 Kutoharjo Kaliwungu memanfaatkan WhatsApp sebagai upaya untuk membangun budaya baca anak di rumah. Tujuannya, selain untuk belajar juga agar anak betah berada di dalam rumah.
Penggunaan WhatsApp mempunyai banyak kelebihan dibandingkan media sosial yang lain. Selain banyak keluarga yang sudah memiliki HP, media ini juga cukup familier di kalangan masyarakat dengan harga yang cukup terjangkau. Selain itu, Whats App juga dapat digunakan secara berkelompok. Dari sinilah, guru bisa membuat grup sesuai dengan jumlah peserta. Dengan demikian, seluruh anak dapat mengakses setiap pembelajaran yang diberikan oleh guru selama pemberlakuan perpanjangan belajar di rumah oleh pemerintah hingga bulan April.

Memang tidaklah mudah, memberikan pembelajaran secara on line di rumah. Terutama jika materi belajar yang tersaji tidaklah menarik bagi anak, yang ada mereka merasa stress dan terbebani dengan segala macam tugas yang diberikan. Demikian juga dengan orang tua yang tidak terbiasa mengajari anak di rumah. Perubahan pola pendidikan yang mendadak memang tidak mudah dilakukan, bahkan bagi beberapa pihak hal itu mungkin menakutkan. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan hak memperoleh pendidikan tetap berjalan, anak tidak terbebani, dan orang tua tidak stres. Salah satu hal yang bisa dilakukan guru adalah menyajikan sebuah cerita yang menarik sebagai upaya membangun budaya baca anak.

Beberapa langkah memanfaatkan WhatsApp untuk membangun budaya baca anak di SDN 4 Kutoharjo: Guru mengirim cerita melalui WhatsApp, cerita bisa berupa cerita anak, dongeng, legenda ataupun cerita lain yang sekiranya menarik bagi anak. Misalnya cerita Malin Kundang, Tangkuban Perahu, dan lainnya yang telah tersaji dalam bentuk ringkasan.
Guru memberi tugas anak untuk menceritakan kegiatan yang dilakukan secara bergantian. Misalnya 5 anak mengirim cerita, anak yang lain yang membaca dan menanggapi. Cerita membantu ibu memasak, membersihkan rumah, dan lainnya. Guru menulis satu cerita pendek, seluruh siswa diberi tugas untuk membaca dan menanggapi. Cerita tentang mengapa mereka harus belajar di rumah, tentang corona virus yang mematikan. Akan sangat menarik, jika guru mengemas dalam bentuk cerita yang menarik juga. Guru menscreenshot komik strep di instagram atau face book, kemudian dikirim ke anak melalui WhatsApp. Dengan adanya gambar penulis yakin akan menarik anak untuk membaca.

Penugasan yang diberikan guru kepada peserta didik memang harus di sesuaikan dengan Kompetensi Dasar yang ada di dalam kurikulum. Namun demikian, tidak ada salahnya sedikit memberikan fariasi agar anak tidak jenuh dengan tugas-tugas yang diberikan selain tugas membantu pekerjaan di rumah seperti menyapu, mengepel, membantu memasak, mencuci piring, dan tugas lainnya yang bersifat praktik. Menyajikan tulisan-tulisan yang menarik di WhatsApp group kelas, akan menjadikan anak lebih tertarik untuk membacanya. Setidaknya minat anak membaca sudah mulai terbangun. (ikd2/zal)

Guru SDN 4 Kutoharjo Kaliwungu


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya