26.2 C
Semarang
Monday, 23 December 2024

Membentuk Karakter Peserta Didik melalui Budaya 5S

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Globalisasi membuat ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju. Kemajuan tersebut sedikit banyak mengubah tatanan hidup manusia. Globalisasi memunculkan perilaku positif dan perilaku negatif. Kurangnya pengawasan dan penanaman karakter yang baik membuat orang cenderung kurang peduli, kurang menghargai, kurang menghormati, dan acuh kepada lingkungan sekitarnya. Salah satu lembaga yang bertugas untuk menumbuhkan karakter siswa adalah sekolah.

Stenberg dalam Saptono(2011:23) mengemukakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character)berdasarkan kebijakan-kebijakan inti (core virtuer) yang secara objektif, baik bagi individu maupun masyarakat.

Pada kenyataannya dengan adanya perkembangan zaman dan globalisasi membuat pergaulan menjadi semakin bebas. Hal ini berdampak pada etika, sopan santun, serta empati siswa yang rendah. Salah satu program yang sedang gencar-gencarnya adalah program penguatan pendidikan karakter. Program penguatan karakter memiliki empat dimensi. Salah satunya adalah olah rasa. Olah rasa berkaitan dengan afeksi atau perasaan seperti emosi, minat, sikap peduli dan menghargai serta nilai-nilai luhur. Membentuk karakter siswa tidak dapat dilakukan secara instan. Diperlukan adanya suatu pembiasaan pada siswa. Pembiasaan ini dapat dilakukan melalui budaya yang ada di sekolah. Salah satu budaya yang ada di SMA Negeri 3 Pemalang adalah budaya 5S atau salam, senyum, sapa, sopan dan santun.

Budaya 5S adalah budaya untuk membiasakan diri agar selalu senyum,salam, sapa,sopan dan santun saat berinteraksi dengan orang lain Sebelum menerapkan kepada siswa di sekolah, guru-guru memberikan contoh terlebih dahulu dengan mempraktikkannya dengan sesama guru dan karyawan sekolah. Dengan guru mempraktikkannya, siswa akan melihat dan mencontohnya, dan tentu saja guru juga menyosialisasikannya budaya 5S dengan berbagai cara, termasuk pada saat pembelajaran. Baik itu pembelajaran pada mapel seni budaya, sosiologi, Bahasa Jawa, Pendidikan Agama dan Budi Pekerti maupun pada mapel-mapel lainnya. Selain itu,dapat pula dipasang di poster-poster tentang budaya 5S di kelas-kelas dan di tempat-tempat yang mudah dibaca oleh siswa.

Wujud konkrit pengimplentasian budaya 5S ini yaitu pada pagi hari ketika siswa masuk pintu gerbang sekolah, guru-guru berjajar menyambut kedatangan siswa dengan memberikan senyum, salam sapa, sopan dan santun kepada para siswa dan orang tua siswa yang mengantar siswa ke sekolah. Dengan demikian melalui penginternalisasian nilai-nilai budaya 5S kepada seluruh warga sekolah secara tidak langsung karakter siswa dapat dibentuk ke arah yang lebih baik lagi.

Selain itu, budaya 5S ini akan mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap sekolah, yang setiap warganya mempunyai etika, moral dan karakter yang berbudi pekerti luhur dengan siapa saja dan di mana saja akan mendapatkan simpati yang tinggi dari masyarakat. Dengan budaya 5S ini akan membuat siswa merasa lebih bahagia, karena mereka merasa memiliki keluarga yang saling menyayangi. (wds1/aro)

Guru Bahasa Jawa SMA Negeri 3 Pemalang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya