RADARSEMARANG.COM, Bahasa dan Sastra Jawa merupakan salah satu sumber pendidikan karakter yang tidak perlu diragukan lagi keberadaannya. Dalam Bahasa dan Sastra Jawa sarat akan pendidikan nilai yang merupakan substansi utama dari pendidikan karakter. Dalam pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa pastinya tidak terlepas dari aksara jawa. Aksara jawa merupakan salah satu peninggalan budaya jawa yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya menjadi suatu peninggalan yang patut dilestarikan. Aksara jawa ini dikenal dengan Hanacaraka atau Carakan. Namun aksara tersebut sekarang semakin tidak dikenali oleh masyarakatnya sendiri, khususnya generasi muda. Penggunaan aksara jawa pada masa sekarang ini hanya terbatas pada simbol kedaerahan yang disematkan pada nama-nama jalan, gedung pertemuan, gedung-gedung pemerintahan, dan lain-lain (Indria, 2008:143)
Upaya pemerintah dengan memasukkan aksara jawa dalam materi ajar pada mata pelajaran Bahasa Jawa ini bertujuan agar aksara jawa tetap lestari, dapat dimengerti, dan akhirnya dapat diminati oleh siswa. Untuk itu, peran guru sangat diperlukan dalam meningkatkan minat siswa dalam mempelajari aksara jawa. Di SMP Negeri 15 Semarang, untuk meningkatkan minat dan antusias siswa belajar aksara jawa, penulis menggunakan metode TGT (Teams Games Tournament). Metode TGT ini dinilai tepat oleh penulis karena metode ini dikemas dengan permainan yang menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa jenuh. Penerapan model ini tepat untuk pembelajaran aksara jawa, disamping menyenangkan juga memotivasi siswa untuk berkompetisi dengan cepat untuk mengalihaksarakan aksara jawa ke aksara latin atau sebaliknya.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode TGT ini adalah: pertama, siswa membentuk kelompok,guru menyiapkan tugas atau materi yang disiapkan pada setiap meja. Kedua, kelompok yang sudah terbentuk tadi menempati meja yang telah disiapkan. Ketiga, siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misalnya 4 menit). Siswa yang telah mampu mengerjakan satu soal atau lebih hasilnya diperiksa dan dinilai. Sehingga diperoleh skor turnamen untuk setiap individu dan sekaligus untuk skor kelompok asal. Pada langkah ini guru sekaligus dapat mengambil penilaian baik secara individu maupun kelompok. Siswa yang mampu menjawab pertanyaan dan mendapatkan skor tadi kemudian diberikan sebutan superior,very good, good, atau medium sesuai dengan pertanyaan yang telah dijawab masing-masing siswa.
Keempat, dilakukan pergeseran tempat duduk sesuai dengan gelar tadi. Siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama. Begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama. Setelah selesai, dilakukan penghitungan skor, baik untuk setiap kelompok asal maupun skor individual. Berikan penghargaan kepada kelompok dan individual yang mendapatkan skor tertinggi. Sedangkan yang belum berhasil meraih superior, kita berikan motivasi, sehingga siswa merasa tertantang dan berusaha untuk menjadi superior.
Pembelajaran menggunakan metode TGT ternyata sangat efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP Negeri 15 Semarang khususnya kelas VII pada materi mengalihaksarakan teks cerita Ramayana berhuruf latin ke huruf jawa. Disamping prestasi belajar siswa meningkat, pembelajaran pun menjadi lebih menyenangkan. (gml1/aro)
Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 15 Semarang