RADARSEMARANG.COM, Belajar bahasa Indonesia pasti tidak lepas dari menulis dan bermain pantun atau berbalas pantun. Pada Kurikulum 2013 kelas VII Sekolah Menengah Pertama terdapat materi mewarisi nilai luhur dan mengreasikan puisi rakyat. Puisi rakyat yang dimaksud di sini yaitu pantun, gurindam, dan syair.
Pantun adalah salah satu bentuk puisi rakyat, warisan budaya leluhur yang bersifat turun-temurun. Suatu karya sastra yang kaya dengan muatan nilai moral, agama, dan budi pekerti. Orang Indonesia pasti kenal dengan salah satu jenis puisi lama ini. Pantun yang sangat familier di kalangan masyarakat Indonesia dari rakyat kecil, artis bahkan politisi pun dalam pidatonya juga diselingi dengan pembacaan pantun. Menurut Ulfah Haldha Turniawan (2018:75), pantun merupakan karya yang dapat menghibur sekaligus mendidik dan menegur. Pantun merupakan ungkapan perasaan dan pikiran karena ungkapan tersebut disusun dengan kata-kata sedemikian rupa sehingga sangat menarik untuk didengar dan dibaca.
Pengalaman penulis selama mengajar bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Kedu peserta didik dalam menuangkan ide dan perasaan dalam bentuk pantun jenis dan tema yang dipilih selalu monoton. Peserta didik menulis pantun agama, teka teki, dan jenaka.
Seiring dengan keikutsertaan SMP Negeri 3 Kedu dalam program adiwiyata, penulis terinspirasi untuk mengajak peserta didik ikut berpartisipasi dengan menulis pantun masa kini yang tema lingkungan hidup. Adapun media yang dipakai adalah tumbar, akronim dari kartu bergambar. Gambar yang tertempel di kartu tersebut, yaitu gambar poster-poster tentang pelestarian lingkungan hidup. Misal, ajakan membuang sampah pada tempatnya, pelestarian hutan, penanaman pohon, hari bumi, menghemat air, budaya hidup sehat, dan sebagainya.
Pertama-tama guru membagi peserta didik menjadi tujuh kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas empat anak. Setiap kelompok mendapat kartu dengan kedua sisi yang bergambar sama. Satu gambar ditulis dalam satu bait pantun. Setiap kelompok beradu kecepatan dalam menyelesaikan tugas. Kelompok yang paling cepat menyelesaikan diberi hadiah dari guru juga dari semua peserta didik berupa tepuk tangan dan ucapan selamat. Dengan demikian akan tercipta empat belas bait pantun bertema lingkungan hidup dengan beberapa variasi. Setiap kelompok menunjuk satu peserta didik sebagai wakil untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan teman-temannya. Anggota kelompok yang lain menanggapi dari segi ciri-ciri pantun sesuai atau tidak. Pada akhir pembelajaran, guru membagi kartu pada setiap peserta didik dengan gambar yang berbeda. Maka akan tercipta pantun bertema lingkungan hidup dengan jumlah bait sejumlah peserta didik di kelas tersebut. Pantun-pantun tersebut kemudian ditulis pada kertas-kertas berwarna selanjutnya ditempel di majalah dinding kelas, majalah dinding sekolah atau pun di tempat yang sesuai dengan isi pantun tersebut.
Tumbar atau kartu bergambar ini sangat efektif untuk membantu peserta didik supaya lebih mudah, cepat, dan terarah untuk menuangkan ide dan perasaan dalam bentuk pantun. Dan secara tidak langsung menggugah perasaan peserta didik untuk ikut melestarikan lingkungan hidup setelah membaca kata-kata atau kalimat-kalimat indah pada poster. (tg1/lis)
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Kedu, Temanggung