RADARSEMARANG.COM, Berbicara tentang humas tidak terlepas dari yang namanya “pesan”. Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan bidang humas ketika berkomunikasi atau melakukan komunikasi yang berkaitan dengan membingkai pesan, nilai berita, semiotika, simbol, dan stereotip.
Dalam membingkai pesan bidang kehumasan harus mampu memilih fakta paling penting dan menarik ketika melakukan komunikasi dengan khalayak sasaran atau publik. Kemampuan dalam memilih fakta yang signifikan dan menarik harus dimiliki humas ketika melakukan kegiatan membingkai pesan.
Bidang kehumasan harus mampu melakukan analisis terhadap seluruh fakta yang diterima dan memilih bagian tertentu dari fakta yang akan disampaikan kepada masyarakat atau publik. Sedangkan yang menjadi prinsip membingkai isi pesan dalam proses komunikasi adalah mengetahui posisi manajemen dan permasalahan yang dihadapi secara mendalam dan mendetail.
Selain itu bidang kehumasan harus sigap dalam mengetahui kebutuhan, ketertarikan, kekhawatiran dari publik atau masyarakat. Hal ini berarti bidang kehumasan harus menempatkan diri dalam posisi publik sasaran dan berusaha berpikir menurut cara mereka. Komunikasi yang efektif dan efisien harus dirancang untuk situasi, waktu, tempat dan publik tertentu.
Publik hendaknya menjadi pusat perhatian bidang kehumasan pada setiap problem kehumasan yang muncul. Sehingga komunikasi perlu dilakukan sebagai upaya mencapai khalayak sasaran serta untuk mendapatkan pandangan mereka. Program komunikasi yang dilaksanakan dapat berupa pengiriman siaran pers, memasang informasi, melaksanakan pertemuan dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.
Bidang kehumasan harus mengetahui nilai pesan yang ingin disampaikannya ketika berkomunikasi. Terlebih lagi bila pesan itu ingin dikirimkan ke media massa. Suatu nilai berita ditentukan kepentingan publik. Dampak (impact) nilai berita dalam suatu pesan yaitu seberapa besar jumlah orang yang terpengaruh dari suatu pesan atau informasi. Semakin besar publik yang terlibat, maka pesan akan semakin penting. Selain itu kedekatan (proximity) juga perlu mendapat perhatian.
Kedekatan berarti jarak antara publik dengan masalah atau isu yang tengah marak menjadi prioritas untuk diketahui kebenarannya. Kedekatan antara publik dan peristiwa yang terjadi dan sudut pandang suatu informasi dapat meningkatkan nilai berita.
Hal lainnya yang harus diperhitungkan dalam sigap membingkai pesan adalah mengenai kecepatan (timeliness) pesan. Hal ini berarti bahwa berita yang disampaikan kepada publik tidak mudah usang atau mudah basi.
Kesigapan bidang kehumasan dapat menjadikan terkenal (prominence). Bidang yang diakui karena keulungannya atau sebagai bidang yang selalu menarik perhatian masyarakat yang ingin mengetahui kegiatan atau program-program dari organisasi karena nilai berita yang disampaikan akurat dan benar adanya.
Masyarakat atau public juga tidak dapat memungkiri bahwa hal-hal baru (novelty) merupakan hal menarik. Sebagai contoh publik selalu tertarik dengan hal-hal baru, tidak biasa, aneh, menyimpang, dan sebagainya.
Bagi bidang kehumasan semiotika dalam sebuah pesan tidak boleh diabaikan. Ilmu mengenai arti atau makna kata ini memiliki fungsi penting karena sebagian besar pekerjaan humas adalah berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan karena alasan inilah humas harus betul-betul menguasai makna kata-kata. Suatu makna terdiri atas dua jenis, yaitu makna denotatif dan makna konotatif.
Makna denotatif sebagai makna yang bersifat umum atau makna yang tercantum dalam kamus bahasa atau makna berdasarkan kamus. Sedangkan makna konotatif merupakan makna yang bersifat emosional dan evaluatif, makna yang muncul dari pikiran manusia berdasarkan pengalaman dan latar belakangnya. Bidang kehumasan tidak saja harus dapat memahami makna kata-kata yang diucapkan oleh publik, namun juga apa makna sebenarnya dari kata-kata yang disampaikan.
Simbol juga memainkan peran penting bagi bidang kehumasan dalam membingkai kata. Berbagai organisasi menggunakan simbol yang dibuat agar menciptakan citra atau persepsi di kalangan publik. Simbol ditunjukkan agar publik dapat langsung mengenal organisasi yang diwakili oleh simbol tersebut. Selain simbol, adanya stereotip kadang menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kehumasan.
Dalam hal ini bidang kehumasan harus belajar mengenali pengaruh dan kehadiran simbol dan stereotip yang dipandang negatif atau bertentangan dengan pendapat publik. Bidang kehumasan dapat menggunakan simbol untuk mengatasi simbol dan menggunakan stereotip untuk mengatasi stereotip. Kesigapan bidang kehumasan dalam membingkai pesan inilah yang menjadikan humas tetap exis di masyarakat. (*/fth)
Humas Kementerian Agama Salatiga