RADARSEMARANG.COM, MEMBACA adalah dasar pengetahuan manusia sehingga menjadi masalah serius yang harus diperhatikan sebagaimana upaya pemerintah dalam kerangka baru kurikulum 2013 dan Permendikbud nomor 23 tahun 2015 yaitu Penguatan Pendidikan Karakter. Salah satunya tentang gerakan literasi di sekolah.
Saat ini dampak negatif dari kemajuan tehnologi telah meracuni generasi muda termasuk siswa di sekolah dasar untuk lebih senang menggunakan gadget daripada membaca buku. Sementara keterampilan membacanya masih rendah hingga menggerus dan melunturkan nilai-nilai karakter yang seharusnya tumbuh di usia mereka. Diperparah dengan kurangnya kepedulian orang tua di rumah. Bahkan, keberadaan perpustakaan yang kurang difungsikan sebagaimana mestinya, mengikis jam baca siswa. Sementara waktu istirahat pagi hari hanya dilakukan pembiaran.
Penulis selaku kepala sekolah merasa prihatin dan khawatir kalau permasalahan ini berdampak pada menurunnya prestasi siswa. Perlu solusi membangun keterampilan membaca bagi siswa, guru, dan warga sekolah. Yakni membangun budaya yang melibatkan banyak pihak. Harapannya, budaya itu menjadi ‘Ruh” di SDN 1 Brangsong yang pelaksanaannya diawali dengan komitmen dan treat-treat layanan terprogram. Maka penulis menerapkan layanan Kober (Korelasi Bersama) dan KPK (Keteladanan Pembiasaan dan Ketersediaan).
Secara harafiah kober berasal dari bahasa Jawa yang berarti sudi atau mau mengurusi (Kamus Besar Bahasa Jawa). Kober juga akronim dari korelasi bersama. Korelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat dan saling mempengaruhi (KBBI, 2008 :755). Sedangkan bersama menurut KBBI berarti berbareng, serentak.
Maksud korelasi bersama adalah kepedulian warga sekolah memberdayakan berbagai komponen yang saling berhubungan secara serentak dalam mensukseskan program budaya baca.
KPK dalam konteks mengembangkan budaya baca di SDN 1 Brangsong adalah akronim dari Keteladanan, Pembiasaan, dan Ketersediaan. Tiga unsur yang harus dipenuhi agar budaya baca dapat berkembang.
Teladan adalah sesuatu yang patut ditiru dan dicontoh (KBBI, 2008 : 475). Sedangkan menurut Ishlahunnissa’ (2010:42), keteladanan berarti penanaman akhlak, adab, dan kebiasaan baik yang seharusnya diajarkan dan dibiasakan dengan memberikan contoh nyata.
Pembiasaan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah dalam kegiatan membaca.
Ketersediaan dalam KBBI berarti kesiapan suatu sarana untuk dapat dioperasikan dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan budaya baca ketersediaan buku, adalah hal mutlak yang membutuhkan upaya terus menerus serta berkesinambungan.
Garis besar konsep Kober Ber-KPK adalah, mengadakan Diskusi Analisis SWOOT Budaya Baca antara kepala sekolah, guru, dan komite, membahas hambatan, dukungan, dan rencana program budaya baca.
Kemudian membentuk tim pelaksana Kober Ber-KPK, yakni Tim Gerakan Literasi Sekolah (TGLS) sebagai tim solid yang membuat sarana promosi sekolah, sehingga mendapatkan kepercayaan dari stokeholder. Sarana promosi ini mellaui facebook dan instagram dengan rutin memposting semua aktivitas budaya baca. Kemudian menyusun program kegiatan dalam melaksanakan budaya baca dan keteladanan diwujudkan dengan turut membaca bersama siswa.
Pembiasaannya diwujudkan dengan GeLiSa (Gerakan Literasi Bersama) membaca 15 menit rutin pada jam ke nol, Juli (Jumat Literasi) membaca asmaul husna setiap hari Jumat. Ketersediaan diwujudkan dengan menambah koleksi dan jumlah bahan bacaan, dengan donasi buku dari orang tua siswa (program sakusanak = satu buku satu anak), MOU dengan perpustakaan daerah, mendatangkan pusling, maupun outing class dengan mengunjungi ke perpusda serta kegiatan Reading Day bersama penerbit buku.
Sedangkan dalam melaksanakan program budaya baca Kober Ber-KPK, maka Tim GLS melaksanakan program dengan kober (komitmen yang tinggi) secara konsisten dan kepala sekolah melakukan tupoksinya sebagai supervisi. Selain itu, kepala sekolah turut merencanakan pengembangan budaya baca. Yakni dengan pelatihan Pentigraf bersama penerbitan buku sebagai wadah potensi siswa dan guru.
Hasilnya dari pelaksanaan Kober Ber-KPK, kini muncul Brand Sekolah Literasi, yakni GeLisa, Juli, dan Outing Class. Bahkan ada peningkatan wahana literasi sekolah, seperti Saung Baca hibah dari Wali Murid, Taman Baca, dan Pojok Baca. (*)
Kepala SDN 1 Brangsong, Kendal, Jawa Tengah