Oleh: Harka Prasetya, Sp.M (K)
RADARSEMARANG.COM – Mata merupakan salah satu indera yang sangat penting bagi penglihatan manusia, oleh karena itu sangat penting untuk selalu kita jaga kesehatannya. Kerusakan pada mata dapat terjadi akibat komplikasi penyakit kencing manis atau disebut Diabetes Mellitus (DM). Edema kornea, perubahan status refraksi mata, katarak komplikata, sumbatan pembuluh darah retina, retinopati diabetika, glaukoma, kelainan saraf optik dan ablasio retina merupakan contoh penyakit-penyakit pada mata akibat tidak tertanganinya DM dengan baik.
Katarak misalnya, kekeruhan pada lensa atau berkurangnya transparansi lensa dapat terjadi selain faktor usia juga disebabkan oleh buruknya penanganaan DM. Jika penglihatan mulai mengalami penurunan yang tajam, silau, adaya distorsi atau penyimpangan bayangan, muncul “Halo”, penglihatan ganda, perubahan persepsi warna dan kesulitan melihat di malam hari dapat dicurigai adanya gejala katarak. Yang tidak kalah penting adalah sering ganti kacamata merupakan gejala yang sering dikeluhkan oleh penderita DM yang tidak terkendali. Tidak ada jalan lain untuk penanganan katarak ini kecuali dengan operasi disertai dengan pemasangan lensa buatan atau dikenal dengan istilah intraocular lens. Sisi positif dari operasi katarak adalah pasien dapat melihat jelas tanpa kacamata, letak lensa lebih fisiologis, lapang pandangan lebih luas, tidak ada pembesaran bayangan, proses rehabilitasinya lebih cepat serta terdapat penglihatan binokuler.
Komplikasi mata akibat DM lainnya adalah sumbatan pembuluh darah retina yang merupakan kasus emergensi, dimana jika dalam waktu 4 jam tidak ditangani secara tepat dapat menyebabkan buta. Lagi-lagi DM menjadi faktor resiko dari komplikasi ini, selain faktor usia (di atas 50 tahun). Sumbatan pada pembuluh darah retina dapat terjadi pada arteri atau yang dikenal dengan istilah Retinal Artery Occlusions (RAO). Ada 2 tipe RAO yaitu Central Retinal Artery Occlusions (CRAO) dan Branch Retinal Artery Occlusions (BRAO). Kedua tipe RAO ini dapat ditangani dengan jalur non operasi dan operasi. Pijat mata menjadi pilihan non operasi untuk kasus RAO, sedangkan jalur operasi dapat dilakukan melalui parasentesis COA, Local intraarterial fibrinolysis, YAG-Laser embolisis dan vitrektomi (Surgical embolus removal).
Tidak hanya pada arteri, komplikasi DM pada retina juga juga dapat berupa sumbatan pada vena yang dikenal dengan istilah Retinal Vein Occlusions (RVO) yang juga dibagi menjadi Central Retinal Vein Occlusions (CRVO) dan Branch Retinal Vein Occlusions (BRVO). Kedua kelainan RVO ini dapat ditangani dengan obat-obatan berupa steroid maupun faktor pertumbuhan endotel anti-vaskular (anti-VEGF) yang diberikan malalui injeksi intravitreal.
Komplikasi lain yang sering ditemui akibat DM adalah Retinopati Diabetika dimana paparan tingginya kadar glukosa yang terlalu lama akibat DM kronik menyebabkan pembuluh-pembuluh darah halus pada retina mengalami kerusakan progresif. Kasus komplikasi ini dilaporkan terus meningkat setiap tahunnya dan merupakan penyebab kebutaan di seluruh dunia. Jika kelainan ini dapat dideteksi secara dini dan dikelola secara tepat melalui pemeriksaaan rutin pada penderita DM maka kebutaan dapat dihindari. Faktor risiko dari kelainan ini adalah lama menderita DM, kontrol kadar gula yang buruk, hipertensi, tingginya kadar lemak atau hiperlipidemia, merokok, konsumsi alkohol, kelainan ginjal, anemia, kehamilan, kurang aktifitas fisik, kelainan sistem imun dan penyakit metabolik lainnya dapat memperparah Retinopati Diabetika ini. Sebagaimana namanya untuk mengatasi komplikasi ini pertanyaan yang akan ditanyakan pada penderita DM adalah seputar “Berapa umur pertama kali menderita DM?”, “Sudah berapa lama menderita DM?”, “Bagaimana riwayat kadar glukosa darah sebelumnya, bila mungkin ditanyakan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin A1 (HbA1c)?”, “Apakah sedang menjalani terapi medis seperti insulin, antihipertensi, obat-obat penurun hiperlipidemia?”, “Apakah ada riwayat penyakit sistemik, seperti penyakit ginjal, hipertensi sistemik, kadar lipid darah, ataupun kehamilan?”, “Adakah riwayat penyakit mata sebelumnya?” dan yang tidak kalah penting adalah “Bagaimana dengan riwayat DM keluarga?”.
Dengan mengenali macam-macam komplikasi pada mata di atas diharapkan penderita DM akan semakin sadar untuk rutin berkonsultasi ke dokter untuk memeriksakan kesehatan secara menyeluruh tidak hanya ke dokter spesialis mata tetapi juga perlu berkonsultasi juga dengan dokter spesialis penyakit dalam dan dokter spesialis gizi klinik. Pemeriksaan yang menyeluruh meliputi kondisi mata secara lengkap, kadar gula darah I/II, jika perlu uji toleransi glukosa (TTG), profil lipid darah, tekanan darah, dan kemungkinan komplikasi lain. Jangan lupa faktor nutrisi dari makanan sangat penting untuk selalu dijaga supaya DM dapat teratasi dan komplikasi mata dapat dihindari. (*)
Dokter Spesialis Mata Konsultan di Sultan Agung Eye Center Rumah Sakit Islam Sultan Agung (RSISA), RS Telogorejo, dan Klinik Mata Papandayan Semarang.