RADARSEMARANG.COM, Semarang – Siswa SMP Negeri 22 Kota Semarang masih melestarikan permainan tradisional. Permainan yang dikenal sebagai dolanan anak itu diperankan secara kolektif. Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan anak terhadap gawai.
Kepala SMP Negeri 22 Kota Semarang Rini Rusmiasih mengungkapkan, pelestarian dolanan anak berkolaaborasi dengan wisata Kandri. Mengembangkan budaya dolanan tradisional kepada siswa.
“Kita ingin menjaga kearifan dan kebudayaan lokal. Memberi aktivitas lain kepada siswa supaya tidak ketergantungan gawai,” ujarnya.
Disebutkan, dolanan tradisional berupa egrang bambu, egrang batok, terompah panjang, dan permainan dadu ular tangga raksasa. Permaianan egrang bukan hanya sebatas lomba dari star hingga finish.
Namun terdapat sentuhan kreativitas dan inovasi dengan disertai tarian dan musik. “Untuk permainan ular tangga bertema karakter yang termuat dalam gambar,” tandasnya.
Adanya permainan tradisional, kata dia, siswa lebih bisa menunjukkan kekompakan dan kerjasama. Sebab, menurutnya tidak ada permainan tradisional yang bermain sendirian.
“Pasti butuh teman maka kita berikan kesempatan kepada mereka mengenal permainan dan olahraga tradisional,” tuturnya.
Sementara Komite Sekolah sekaligus pengelola Desa Wisata Kandri Masduki menyebutkan Kota Semarang mewakili Jawa Tengah masuk dalam nominasi pilot project dolanan tradisional anak. Tiga lainnya yakni Papua, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tenggara.
“Desa Wisata Kandri oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dipilih sebagai salah satu pilot project permainan tradisional,” katanya.
Ia menambahkan, ternyata antusias siswa terhadap dolanan tradisional cukup tinggi. Di SMP Negeri 22 Kota Semarang terdapat 30 egrang. Seiring berkembang, pihaknya juga siap mengenalkan permainan tradisional itu dengan memproduksi lebih banyak lagi.
“Setiap ekstrakurikuler semangat anak cukup tinggi,” ungkapnya. (mia/bas)