RADARSEMARANG.COM – Ia dikenal sebagai kepala sekolah dengan prestasi yang unik. Sisnanto, S.Pd. SD berhasil memoles sekolah-sekolah pinggiran di Kota Semarang menjadi lebih maju. Berprestasi dan memiliki daya tawar seperti sekolah di tengah kota.
Sisnanto mengakui menjadi kepala sekolah bukan pekerjaan mudah. Apalagi jika harus memimpin sekolah pinggiran. Banyak persoalan yang harus dibenahi. Mulai dari fasilitas sekolah, sampai prestasi siswa.
“Sudah menjadi rahasia umum, sekolah pinggiran itu dianggap kurang oke. Kurang diperhatikan. Jadi tugas utama saya harus bisa mengubah semua stigma itu,” aku Kepala SDN Sadeng 01 Kota Semarang ini.
Ia harus memutar otak agar bisa membenahi sekolah yang berada di tepi Jalan Raya Gunungpati – Manyaran tersebut. Saat pertama masuk, kondisi sekolah minimalis. Bangunan tua, infrastruktur kurang memadai dan dijadikan pilihan kedua oleh masyarakat sekitar. Pelan tapi pasti, ia mulai melakukan rehabilitasi.
Semua guru diajak bersama bergotong-royong, berinovasi agar bisa memperbaiki kualitas sekolah. Setahun kemudian mendapatkan dana alokasi khusus (DAK) dari pusat untuk rehabilitasi empat kelas dan satu ruangan kepala sekolah. “Alhamdulillah sekarang bentuknya sudah seperti sekolahan,” ujarnya bangga.
Sisnanto dipilih untuk menahkodai SDN Sadeng 01 bukan tanpa alasan. Sebelumnya, ia sudah berhasil membenahi
SDN 01 Pakintelan, Gunungpati. Sekolah pinggiran itu yang awalnya dipandang sebelah mata berubah menjadi lebih baik. Diperhitungkan dari segi lomba dan lainnya. Dengan kreativitasnya, memanfaatkan lingkungan yang memiliki potensi berkarya kriya anyam.
Prestasi non akademik ditekuni hingga membuahkan hasil menyabet prestasi di tingkat kecamatan, kota, hingga provinsi. “Saya hanya satu tahun menjadi kepala SDN 01 Pakintelan. Setelah itu dipindah,” tambahnya.
Sekarang, ia terus mengembangkan prestasi SDN Sadeng 01 Kota Semarang. Bangunan sudah disulap menjadi lebih bagus. Lantai yang berlobang sudah dibenahi dan bisa digunakan untuk sarana olahraga.
Dengan bangunan baik tentu akan membuat belajar pembelajaran nyaman. Masyarakat akan lebih percaya untuk menyekolahkan anaknya. “Dulu muridnya misalnya 20 siswa. Setelah dibenahi dan ditata naik bisa menjadi 40 siswa,” akunya.
Tidak hanya itu, semua guru diajak untuk kreatif dan inovatif. Setiap event lomba selalu berupaya untuk diikuti. Menurutnya, juara adalah bonus. Paling tidak sekolahnya bisa disebut dalam perlombaan dan itu salah satu wujud sekolahnya mulai bergeliat. Berkat kegigihannya melatih kompetensi, anak didiknya berhasil menjuarai berbagai perlombaan.
Di antaranya Juara 2 pantomim 2022 tingkat kecamatan. Juara 1 kriya anyam FLS2N bahkan mewakili Kecamatan Gunungpati maju tingkat kota. Juara 1 OSN tolak peluru tingkat kecamatan, dan lainnya.
“Saya selalu berkomitmen bersama teman-teman guru supaya bisa membawa sekolah bisa lebih baik. Itu yang akan terus kami buktikan dan perjuangkan,” tegasnya. (ifa/fth)