34 C
Semarang
Monday, 5 May 2025

Bagikan Konten Pembelajaran di Medsos agar Bisa Diakses Jutaan Orang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Menjadi konten kreator bisa dibilang sebagai pekerjaan sampingan bagi Dr. Hendi Pratama, S.Pd, MA. Meski penghasilannya sampai double digit.

Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini sudah dua tahun memanfaatkan akun media sosialnya untuk berbagi ilmu. Kontennya berisi pembelajaran interaktif untuk mahasiswa.

“Kalau Tik Tok biasanya saya gunakan di pendidikan bidang perkuliahan. Baik itu cara kuliah yang efektif atau cara mengerjakan skripsi yang efektif. Kemudian motivasi pendidikan serta pendidikan tentang isu-isu terkini,” kata Hendi kepada RADARSEMARANG.COM.

Menurutnya, akses pendidikan tidak hanya sebatas di kelas dengan diikuti 30 sampai 60 orang. Tapi bisa dinikmati jutaan orang. Proses pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan bisa dibangun dengan menghadirkan pembelajaran dalam bentuk video. Selain dosen lebih mudah, mahasiswa juga akan lebih memahami materi yang disampaikan.

“Tujuannya ya agar akses pendidikan ini tidak sebatas di kelas, tapi bisa dinikmati puluhan ribu, ratusan orang, bahkan jutaan orang melalui media sosial,” tambahnya.

Kini followers di akun media sosialnya sudah mencapai ribuan orang. Hendi merinci ada 280 ribu pengikut di akun Tik Tok, 102 ribu pengikit di Instagram, dan 3.600 subscriber di channel Youtubenya.“Yang utama saya upload di Tik Tok, baru Instagram dan Youtube,” ujarnya.

Hendi mengaku tidak mudah memebagikan konten mengenai pendidikan di medsos. Terlebih ia adalah seorang pendidik yang menjadi panutan.

Tak jarang kritikan juga membanjiri akunnya. Ada yang pro dan kontra. Misalnya hal yang sempat ramai diperbincangkan mengenai orang yang mendapat beasiswa LPDP harus pulang ke Indonesia.

Sementara terkait dengan pembelajaran, ada saja netizen yang tak sepaham dengan cara mengajar Hendi. Dicontohkan ada orang yang setuju bahwa belajar speaking harus menggunakan grammar, tapi ada pula yang tidak setuju karena menjadi tidak lancar. Menurut keilmuan semua orang punya alasan masing-masing dan harus saling terbuka.

“Kalau yang namanya ujian dan kritikan itu silih berganti ya. Itu menjadi sebuah feedback yang konstruktif terhadap pendidikan maupun konten kreator,” imbuhnya.

Reporter:
Khafifah Arini Putri

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya