RADARSEMARANG.COM, Semarang – Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) belajar sudah mulai dijalankan pada tahun ajaran baru 2022/2023. Namun Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang tidak mewajibkan sekolah untuk menggunakan kurikulum tersebut.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) memberikan tiga opsi yang bisa digunakan sekolah untuk melaksanakan IKM. Yakni mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi.
Plt Kepala Disdik Kota Semarang Kartika Hedi Aji mengatakan, sesuai dengan namanya kurikulum merdeka belajar maka satuan pendidikan diberikan kebebasan untuk memilih akan menggunakan IKM atau tidak. Hal ini dilihat dari kemampuan sekolah masing-masing.
“Yang terpenting di sini satuan pendidikan tersebut sudah bisa menetapkan sesuai dengan kondisinya,” jelasnya saat dikonfirmasi RADARSEMARANG.COM Minggu (31/7).
Ia menambahkan, meski tidak wajib dan sekolah diberikan kebebasan, hampir seluruh sekolah di Kota Semarang menggunakan IKM. Selain itu, sebanyak 92 persen guru sudah mendaftar dan login platform merdeka mengajar (PMM). Mereka dapat menggunakan platform tersebut untuk mempelajari materi mana yang esensial dan bisa diajarkan kepada peserta didik.
“Jadi platform merdeka mengajar ini memang dipersiapkan untuk guru yang sekolahnya menggunakan IKM. Di Kota Semarang sudah ada 92 persen guru yang login, nantinya mereka bisa menggunakan platform tersebut untuk mengajar peserta didik,” tambahnya.
Menurutnya, ada empat keunggulan kurikulum merdeka. Yakni lebih sederhana dan mendalam, lebih merdeka, lebih relevan dan interaktif, dan didukung platform merdeka. Nantinya anak-anak akan diberikan keleluasaan untuk memilih sesuai dengan bakat minat mereka.
“Sekolah yang menerapkan IKM ini nantinya tidak ada penjurusan seperti IPA dan IPS. Siswa diberikan kebebasan untuk memilih materi sesuai dengan bakat dan minat mereka,” akunya. (kap/ida)
