RADARSEMARANG.COM, Semarang – Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pekunden memperingati Hari Lahir Pancasila untuk menumbuhkan karakter anak. Caranya unik, dengan menyuruh siswa hormat kepada lambang Garuda dan melafalkan teks Pancasila.
Kepala SDN Pekunden Abdul Khalik mengatakan, meski sedang dilakukan penilaian akhir tahun (PAT), anstusiasme siswa untuk mengikuti kegiatan ini sangat tinggi.
“PAT tidak menjadi alasan untuk berhenti membuat inovasi. Walaupun peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni itu tanggal merah, kami tetap melaksanakan kegiatan untuk me-refresh pikiran anak-anak mengenai nilai-nilai Pancasila,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Ia menambahkan, Hari Lahir Pancasila biasanya diperingati dengan upacara bendera. Karena PAT masih berlangsung, agenda diganti dengan melakukan penghormatan pada lambang negara. Semua tamu yang datang ke SDN Pekunden wajib melafalkan teks Pancasila tak terkecuali komite sekolah dan wali murid.
“Tujuannya untuk me-review kembali nilai-nilai Pancasila sehingga anak bisa menjadi siswa yang berkarakter Pancasila. Seperti menghormati orang yang lebih tua, berbudi pekerti yang baik, mengedepankan toleransi, serta memupuk jiwa nasionalisme. Pastinya yang sesuai dengan Bhinneka Tunggal Ika,” tambahnya.
Terlihat anak-anak datang memasuki gerbang sambil menunduk. Di depan gerbang telah dihiasi gambar garuda beserta dengan pernak-perniknya seperti karangan bunga dan karpet merah. Setelah itu mereka berbaris di karpet merah, sembari hormat di depan lambang garuda dan melafalkan teks Pancasila. Bagi siswa yang tidak hafal, wajib menuggu kloter selanjutnya. Lalu untuk siswa yang berhasil melafalkan teks Pancasila secara acak diberikan hadiah.
“Terkadang kami minta siswa untuk dibalik. Seperti tadi komite sekolah memberikan pertanyaan teks Pancasila secara acak. Anak-anak yang bisa menjawab akan diberikan bunga mawar. Ini sebagai wujud penghargaan kami untuk siswa,” pungkasnya.
Rajendra, siswa kelas lima ini mengaku grogi saat melafalkan teks Pancasila. Meski setiap hari dilafalkan di sekolah, namun kali ini berbeda. Karena momennya untuk memperingati Hari Lahir Pancasila. “Seneng ya, seperti tantangan untuk diri sendiri agar mempunyai nasionalisme yang tinggi,” akunya.
Sementara itu, Dosen Bahasa Indonesia, Pancasila dan Kewarganegaraan Poltekkes Kemenkes Semarang Rafika Fajrin menambahkan untuk memupuk nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda dengan bermedia sosial (medsos) secara bijak.
Bagi mahasiswa perlu ada arahan baik dari dosen maupun guru. Penanaman nilai-nilai karakter harus ditekankan. Agar generasi milenial tidak melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. Seperti mem-bully teman ataupun memberikan konten-konten yang negatif di medsos. Tapi dengan menyebarkan nilai-nilai Pancasila di media sosial. Tujuannya agar
“Tugas guru, harus memacu anak-anak muda menerapkan nilai Pancasila secara sederhana. Misalnya memahami 36 butir Pancasila yang kemudian diterapkan di kehidupan sehari-lewat konten di media sosial,” tambahnya.
Mengenai Ekapraseta Pancakarsa atau penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang dicetuskan oleh Soeharto, sebenarnya berisi janji atau tekad yang bulat untuk melaksanakan lima kehendak dalam kelima sila Pancasila.
“Namun karena menuai kritik dan cemooh dari kaum intelektual, konsep P4 dihapuskan pada masa orde baru. Meskipun P4 saat itu menjadi panduan mengenai bernegara di Indonesia, mengandung 45 butir asas,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut Kepala Kesbangpol Jateng Haerudin mengimbau masyarakat agar bijak dalam bermedia sosial dengan literasi digital. Kemudian menegaskan pentingnya memiliki imun nilai-nilai Pancasila sebelum berselancar di dunia maya. Sehingga pengguna internet tak mudah terpengaruh.
Pasalnya selama ini ideologi transnasional seperti anti NKRI, terorisme, sampai radikalisme dalam beragama menjadi ancaman serius yang disebarkan melalui platform digital. Bagi mereka yang belum memiliki benteng literasi yang kuat akan mudah tergiur.
“Dari pengalaman yang kami tangani, mereka terdoktrin dari medsos. Makanya perlu memperkuat imun biar bisa memfilter informasi dengan utuh,” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Dalam hal ini pemerintah berperan besar dalam membangun karakter pancasila bagi masyarakat. Salah satu upayanya dituangkan dalam perubahan yang fokus pada SKL dan kurikulum pendidikan di PP No 4 Tahun 2022 untuk membangun karakter pancasila dalam diri peserta didik.
Ia menilai generasi muda saat ini cukup bagus memahami dasar Pancasila. Hanya saja masih memerlukan internalisasi nilai-nilai ke dalam bentuk tindakan sehari-hari. Dengan pendidikan pancasila, ia harap generasi muda dapat meneruskan perjuangan bangsa Indonesia.
“Pancasila itu diambil dari nilai-nilai budaya, adat, agama, yang sudah lama dipegang dalam hidup nenek moyang kita,” jelas Haerudin.
Di samping pemerintah, peran tokoh masyarakat dan tokoh agama juga tak kalah penting untuk menjaga nilai-nilai pancasila tersebut. Pasalnya Indonesia dengan terang menyatakan sebagai negara religius dari sila pertama. Dalam agama pun mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan.
Ditegaskan, pada dasarnya sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa” cukup menjadi penguat yang menjiwai sila-sila berikutnya. Keragaman agama dan budaya bukan hal baru yang dijumpai bangsa Indonesia. Semua sudah terbiasa hidup berdampingan dan saling gotong royong tanpa perselisihan.
“Terlebih mengingat perumusannya di masa lampau memakan proses yang terbilang panjang dan penuh hambatan. Tentu saja pahlawan perumus pancsila kita ini serius bukan main,” pungkasnya. (kap/taf/ida)