RADARSEMARANG.COM, Semarang – Umriyatin, rela mengikuti sidang skripsi virtual di tengah pelatihan batik lanjutan yang digelar Balatkop UKM Jateng hingga Rabu (19/1). Meski pelatihan sangat padat, ia mendapat predikat cumlaude pada ujiannya.
Hal itu tak lain karena kecintaannya pada batik. Dalam skripsinya ia mengangkat tema batik Bukit Rema. Awalnya Ria, sapaan akrabnya menyukai dunia fashion. Namun sejak menjadi mahasiswi ISI Yogyakarta Jurusan Batik Fashion ia justru jatuh cinta kepada batik.
“Sekarang malah lebih tertarik sama batik, 2020 kemarin mulai buka usaha sendiri juga,” ucap perempuan asal Mertoyudan Magelang itu kepada RADARSEMARANG.COM.
Saat koran ini tiba, ia tengah meracik warna untuk mewarnai kain batik hasil karyanya. Ia menggambar merak dengan motif bulu-bulu merak yang bertebaran. Lalu ia mencampur bubuk ke dalam air mendidih untuk menghasilkan warna coklat.
Lembar kainnya pun diletakkan dalam media loyang besar untuk meratakan warna. Dibantu peserta lain dari kelompoknya ia menyelupkan kain sebanyak tiga kali. Lalu warna coklat yang diinginkan mulai tampak jelas.
Ria sangat merasa beruntung bisa terpilih menerima pelatihan itu diantara 24 pembatik asal Magelang tersebut. Pasalnya dia tergolong paling muda di sana. Namun melihat kemampuannya yang kreatif, ia mampu bersaing.
“Di sini saya dapat banyak materi yang nggak diajarkan di kampus, seperti menghitung pola supaya pas saat dijahit menjadi busana, dan juga perpaduan warna dan pengembangan teknik,” imbuhnya.
Siti Kholifah, atau Olif selaku instruktur pelatihan pun mengaku bangga pada Ria. Menurutnya gambar motif anak didiknya itu sangat autentik. Dalam penentuan warna pun tergolong berani dan menghasilkan batik yang tersesan elegan.
“Kayak gini saya semangatin terus, nduk masa depan batik kita ada di tangan anak-anak muda seperti kamu,” tegasnya.
Olif optimis, dengan kreativitas anak muda seperti Ria nasib batik Indonesia akan membaik dan terus berkembang. Sehingga dapat menyesuaikan industri fashion dan tantangan zaman. Lalu dapat tampil di kancah internasional.
Pada hari terakhir, peserta mendapat materi digital marketing dari praktisi Hetero Space. Kemudian presentasi hasil kerya batik dari tiap peserta di hadapan juri maupun instruktur.
Dengan begitu, pelatihan yang berlangsung selama 10 hari resmi ditutup. Ia harap, 25 pembatik itu dampak membawa angin segar bagi usaha batik di Magelang, khususnya Kawasan Wisata Borobudur. (taf/ida)