RADARSEMARANG.COM, Semarang – Universitas Negeri Semarang (Unnes) menutup tahun 2021 ini dengan menambah dua guru besar di bidang ilmu entomologi dan akuntansi manajemen Rabu (15/12). Total di sepanjang tahun 2021 ini ada 12 guru besar baru yang dikukuhkan Unnes. Total ada 72 guru besar aktif yang dimiliki.
Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman menjelaskan jika bertambahnya guru besar atau profesor memiliki dua makna khusus. Pertama, bukti konsistensi Unnes dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai bekal melakukan transformasi menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH). “Sebagaimana diketahui, jumlah doktor dan profesor adalah salah satu indikator kesiapan perguruan tinggi menjadi PTN BH,” katanya kemarin.
Kedua, kata guru besar sosiolinguistik ini adalah menunjukkan kesiapan Unnes menyukseskan transformasi pendidikan tinggi dalam bingkai kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim.
“Indikator Kinerja Utama (IKU) salah satunya adalah transformasi merdeka belajar kampus merdeka yakni produktivitas dosen yang ditandai dengan banyaknya karya dosen yang dimanfaatkan masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, dua guru besar yang dikukuhkan adalah Prof Dr Niken Subekti M.Si sebagai profesor bidang Ilmu Entomologi dan Prof Dr Agus Wahyudin M.Si sebagai profesor dalam bidang Ilmu Akuntansi Manajemen.
Prof Niken dalam orasinya menjelaskan tentang Indonesia menjadi salah satu pusat keragaman rayap di dunia. Keragaman rayap tersebut selayaknya dikelola dengan cerdas, berbasis pemikiran yang holistik, antara lain dengan meningkatnya daya guna rayap sebagai pengurai sampah organik, sumber pangan, senyawa aktif bahan obat, bionindikator kesehatan tanah.
“Oleh karena itu upaya konservasi rayap akademik sangatlah penting. Dalam kaitan dengan Unnes diharapkan menjadi lembaga riset terdepan dan terkemuka dalam konservasi rayap dalam pengembangan teknologi pendayagunaan rayap, sekaligus teknologi pengendalian rayap ramah lingkungan,” tutur Prof Niken.
Sementara Prof Agus Wahyudin memaparkan gagasan akuntansi yang humanis. Menurut Prof Agus akuntansi humanis tidak hanya berpihak pada pemilik modal semata, namun kepada seluruh stakeholder secara menyeluruh.
“Sebuah ironi jika pemikir, ilmuwan, dan akademisi akuntansi justru terjebak pada kemauan pasar semata. Ilmuwan dan akuntansi adalah penjaga peradaban, termasuk menjaga marwah ilmu akuntansi di dalamnya,” tambahnya. (den/ida)