RADARSEMARANG.COM, Semarang – Bekal ilmu falak yang diajarkan di Pondok Pesantren (Ponpes) Life Skill Daarun Najaah, berhasil meningkatkan kemampuan atau skill para santri. Para lulusannya kini bisa mengaplikasikan ilmunya di masjid-masjid hingga hotel.
Bahkan, santri kerap dimintai bantuan lembaga-lembaga, pengurus masjid, dan hotel untuk mengukur arah kiblat. Selain itu, setiap bulan kalender hijriah untuk menentukan rukyatul hilal di Menara Al-Husna MAJT. Setiap menjelang bulan Ramadan, santri juga membuat jadwal imsakiyah sebagai pedoman melaksanakan ibadah puasa di Kota Semarang.
“Selain menentukan arah kiblat dan rukyatul hilal, kami juga melaksankan observasi fenomena bulan dan matahari seperti observasi gerhana di Musalatorium At-Taqiyy Pondok,” kata pengurus Pondok Muhammad Himmatur Riza Kamis (21/10).
Ilmu Falak yang diajarkan untuk santri fokus pada empat hal. Penentuan arah kiblat, waktu salat, gerhana, dan penentuan awal bulan qomariah. Pembelajaran dilakukan setiap Rabu pagi setelah subuh. “Kitab yang dipelajari Sulam Al-Nayyirain, Al- Dur Al- Aniq, dan buku ilmu falak praktis karangan pengasuh,” kata Himma –sapaan akrab Himmaur Riza.
Pengasuh Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najaah KH Ahmad Izzuddin M.Ag merupakan dosen UIN Walisongo Semarang dan ahli falaq sudah kaliber internasional.
Untuk peserta yang meminati ilmu falaq di pondok sangat banyak. 250 santri semangat mengikuti pendidikan dengan alat seadanya. Di antaranya, istiwa’ain untuk mengukur arah kiblat, theodolite observasi benda langit, miswak qibla finder, teleskop manual, dan teleskop rrobotik.
Menurutnya memahami ilmu ini sangat penting, meski sebatas tahu. Ketika santri tidak tahu arah kiblat dan waktu, maka salat yang mereka kerjakan tidak sah. Karena di setiap daerah arah kiblat berbeda. Seorang santri ketika bisa mengamalkan ilmu itu bisa mantap melaksanakan ibadah. “Kesalahan kiblat satu derjat saja antara Indonesia dengan Makkah kemelencengan bisa mencapai 111 km,” tuturnya.
Selain ilmu falak, Ponpes juga mengedepankan skil santri setelah lulus dari pondok. Seperti pengajaran mengenai fotografi, bahasa, agrikultur, khitobah, tilawah dan wirausaha. “Setiap bidang diisi santri yang concern di bidang tersebut,” ujarnya.
Untuk kewirausahan, pondok menyediakan minimarket yang dikelola oleh santri. Sebelum pandemi juga menanam sayuran hidroponik. Hasilnya dijual ke pasar-pasar. “Kami juga ada budidaya lele yang sudah panen dan menghasilkan pemasukan bagi pondok,” ungkapnya. (bam/ida)