RADARSEMARANG.COM, Semarang – SMP Negeri 10 Semarang kini mengembangkan program Buyasahid (Budidaya Sayur Hidroponik) sejak 18 Agustus 2020 lalu. Bahkan, program ini sudah bisa memberikan manfaat bagi sekolah di tengah pandemi Covid-19. Saat ini sekolah sedang menanam kangkung.
“Kita pernah menanam selada, sawi sendok, dan lainnya. Tapi karena di alam terbuka, hamanya banyak,” kata Pengelola Hidroponik SMP Negeri 10 Semarang Karsiyah Jumat (8/10/2021).
Proses penanaman sampai panen membutuhkan waktu satu bulan. Karena harus melewati proses penyemaian delapan hari, dan proses menanam sekitar 15 hari. Pada pemanenan yang pertama kangkung hanya dibagikan kepada guru. Namun sekarang ini hasil panen sudah dijual yang hasilnya digunakan untuk operasional tanaman. “Kangkung yang kami jual ditimbang 250 gram dengan harga empat ribu rupiah,” ungkapnya.
Media tanam sepanjang 10 meter sebanyak 300 lubang itu tidak semua langsung ditanami. Penanaman dilakukan secara berkala. Begitupun pada saat penen. Pemanenan dilakukan secara berkala biasanya hanya diambil sekitar 20 ikat dalam sekali panen.
Dalam menanam kangkung bibit yang sudah ditanam hanya bisa dipakai dua kali saja. Karena pada bibit ketiga akan menghasilkan hasil yang tidak teratur. “Dari semi asli lurus pada semi ke satu dan dua, tapi pada semi ketiga akan bercabang-cabang,” ujarnya.
Karsiyah mengaku perawatan tanaman sangat mudah. Yang harus dilakukan hanya melakukan pengecekan setiap harinya, melihat kondisi aliran air yang berhenti. “Nutrisi dengan cairan ab mix juga harus diukur agar menghasilkan kangkung yang bagus,” tuturnya.
Ukuran nutrisi yang harus diberikan pada tanaman adalah 1200 ppm. Apabila kurang nutrisi yang diberikan daun akan menguning. Selain itu setiap pagi mesin air harus dihidupkan dan dimatikan pada sore hari.
Sebelumnya siswa belum dilibatkan dalam perawatan tanaman hydroponik. Namun beberapa waktu lalu karena sekolah sudah menjalankan Pembelahjaran Tatap Muka (PTM), akhirnya beberapa siswa dilibatkan untuk menanam kangkung.
“Kalau PTM sudah stabil nantinya akan lebih banyak siswa yang dilibatkan. Untuk pembelajaran juga,” kata Kepala SMP Negeri 10 Semarang Rani Ernaningsih.
Rani mengungkapkan pengembangan yang dilakukan dengan mengintegrasikan pembelajaran tentang bertanam dengan pembelajaran biologi di sekolah. “Dengan belajar di luar kelas akan menambahkan skill anak,” tuturnya. (cr5/ida)