RADARSEMARANG.COM, Semarang – Siswa kelas 3 SD Negeri Pekunden Semarang baru kali pertama merasakan pembelajaran di kelas sejak adanya pandemi Covid- 19. Tak heran, ada beberapa siswa yang bingung, dan belum tahu posisi kelas yang harus ditempati. Praktis, para guru harus standby dan mengarahkan siswa sejak tiba di sekolah hingga menuju ruang kelasnya. “Rata-rata siswa tampak senang bisa masuk sekolah setelah satu setengah tahun belajar di rumah,” kata Kepala SD Negeri Pekunden Abdul Khalik, Senin (30/8/2021).
Dikatakan, SD Negeri Pekunden menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) untuk minggu pertama ini bagi siswa kelas 3, 4, 5, dan 6. Selanjutnya pada minggu kedua ditambah siswa kelas 2, dan disusul siswa kelas 1 mulai minggu ketiga. “Untuk jam masuk dan jam keluar kami bedakan sepuluh menit. Untuk mengurangi siswa datang secara bersamaan yang bisa menyebabkan kerumunan,” ujarnya. Pembelajaran sendiri dilakukan secara blended learning atau gabungan online dan offline.
PTM kemarin juga dilakukan di SD Negeri Pedurungan Tengah 02. Menurut Kepala Sekolah Daryati, sebelum kegiatan PTM, telah dilaksanakan ujicoba. “Jadi, untuk orangtua siswa sudah dilakukan sosialisasi di tahun lalu untuk siswa kelas 4-5, dan PTM saat ini untuk kelas 5-6,” ungkap Daryati.
Dikatakan, pembelajaran tatap muka dilaksanakan empat kali dalam sepekan. Yakni, Senin sampai Kamis. Sisanya, dua hari pembelajaran di rumah. Selama pembelajaran tatap muka diberikan jeda 10 menit. “Jam pulang pun kami berikan jeda 10 menit, supaya menghindari kerumunan.” ujarnya.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, total ada 482 sekolah negeri dan swasta di Kota Semarang yang melakukan PTM, kemarin. Hendi –sapaan akrabnya—sempat melakukan tinjauan di dua sekolah, yakni SMP Negeri 12 Semarang dan SD Negeri Srondol Wetan 1 untuk memastikan PTM berjalan lancar sesuai rencana dan dengan protokol kesehatan serta pembatasan yang ada. “Alhamdulillah semua berjalan sesuai rencana. Adik-adik (siswa, Red) semangat, situasi juga terkendali. Khusus di SMPN 12 hari ini yang masuk kelas 9 dulu,” kata Hendi usai melakukan tinjauan.
Dalam PTM ini, semua sekolah melakukan pembatasan siswa masuk sebesar 50 persen, atau kurang dari angka tersebut. PTM di SD Negeri Srondol Wetan 1 sendiri baru siswa kelas 5 dan 6 yang masuk. “Ini bertahap, mungkin Minggu depan kelas 7, dan Minggu depannya lagi kelas 8. Saya rasa para guru sudah paham jika sifat PTM ini lebih pada upaya membuat anak mendapatkan pelayanan yang maksimal,” ujarnya.
Hendi menjelaskan,jika yang masih menjadi catatan adalah penerapan blended learning yang lebih dimaksimalkan. Artinya, guru harus interaktif baik ketika menerapkan dua pembelajaran ini. “Guru harus memastikan jika siswa yang daring bisa paham materi yang disampaikan. Jaringan internet juga harus baik agar tidak mengganggu proses pembelajaran,” tambah Hendi.
Kepala Disdik Kota Semarang Gunawan Sapto Giri menambahkan, dari 482 sekolah yang melakukan PTM, terdiri atas 9 TK Negeri, 325 SD Negeri, dan 44 SMP Negeri di Semarang. Sementara untuk sekolah swasta ada 31 TK, 51 SD dan 22 SMP swasta yang sudah melakukan tatap muka atau luring. “Sekolah swasta harus mengajukan, setelahnya kita lakukan verifikasi yang terpenting adalah 50 persen dari kapasitas,” jelasnya.
Di SMP Negeri 27 Semarang, untuk penerapan blended learning di tiap kelas sudah terpasang kelengkapan IT. Sebab, dalam pelaksanaan PTM ini, pihak sekolah tidak memaksakan orang tua siswa mewajibkan anaknya untuk mengikuti sistem pembelajaran tatap muka. “Kami masih memberikan kebebasan kepada orang tua siswa untuk memilih. Bisa untuk mengikuti PTM. Bisa juga secara daring, karena masih terdapat beberapa orang tua siswa yang belum menyetujui kegiatan PTM. Jadi, untuk beberapa anak yang belum bisa mengikuti pembelajaran secara PTM tetap bisa mengikuti secara daring,” jelas Kepala SMPN 27 Semarang Umar kepada Jawa Pos Radar Semarang, Senin (30/8/2021).
Di sekolahnya, jadwal masuk PTM dibuat berbeda. Untuk siswa kelas 7, masuk pukul 07.30, kelas 8 masuk pukul 08.00, dan kelas 9 pukul 08.30. Hal ini berpengaruh pada jam kepulangan siswa yang bergilir. Untuk masing-masing kelas melaksanakan kegiatan sekolah selama 2 jam. Di mana setiap satu jam pelajaran diberi waktu selama 30 menit. “Kami juga memberikan toleransi kepada siswa baru yang belum memiliki seragam SMP. Jadi, mereka masih memakai seragam merah putih,” tutur Umar.
Di SMP Negeri 13 Semarang, PTM hari pertama sempat didatangi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di sela gowes pagi. Ganjar menilai pelaksanaan PTM di sekolah ini sudah bagus. Ia meminta agar prokes diterapkan siswa sejak berangkat hingga pulang sekolah. “Sejak awal penting untuk mengecek siapa yang mengantar dan pulang siswa ke sekolah. Saran saya lebih baik orang tuanya saja agar bisa menjamin mereka itu sehat,” kata Ganjar.
Kepala SMPN 13 Semarang Joko Winarno mengatakan, pelaksanaan uji coba PTM hari pertama ini sudah membuat SOP, Satgas Covid-19, melengkapi sarana prasarana, serta berkoordinasi dengan orang tua siswa dan tenaga pendidik. “Waktu pembelajaran dibatasi untuk 4 mata pelajaran per hari,” ujarnya.
Di SMP Negeri 2 Semarang, pelaksanaan PTM sempat dipantau Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jawa Tengah. Kepala Sub Bagian Umum Satpol PP Jateng Sukarno mengatakan, aturan dan kesiapan sekolah terkait penerapan prokes sudah bagus. Namun pihak sekolah diminta tetap berhati-hati selama menggelar PTM. “Tadi kita cek ke beberapa sekolah. Sengaja kita gelar sidak agar tahu jika ada permasalahan di lapangan,” kata Sukirno kepada RADARSEMARANG.COM, Senin (30/8/2021).
Kepala SMP Negeri 2 Semarang Siminto mengungkapkan, semua warga sekolah dilibatkan untuk pengaturan protokol kesehatan. Sehingga segala aturan yang sudah ditetapkan dari dinas sudah aman.
Yang menarik, PTM di SMA Negeri 11 Semarang. Sekolah ini menyediakan mini rumah sakit bagi siswa untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan. Hal ini merupakan salah satu upaya SMAN 11 Semarang dalam penanggulangan Covid-19. “Melalui verifikasi dari Dinas Kesehatan, ketersediaan prokes kita sudah tidak diragukan lagi. Termasuk ketersediaan UKS yang boleh dikatakan seperti mini rumah sakit, hampir lengkap,” kata Kepala SMAN 11 Semarang Supariyanto.
Di UKS tersedia obat-obatan lengkap, oximeter, thermometer, tensimeter, termasuk ketersediaan 10 tabung oksigen. “Ruangan UKS untuk laki-laki dan perempuan kami bedakan,” ujarnya.
Gubernur Ganjar Pranowo menambahkan, PTM di Jateng pada Senin (30/8/2021) kemarin digelar di 2.539 sekolah. Ganjar menekankan, pelaksanaan PTM dapat dikontrol dengan baik dengan mengedepankan prinsip lima siap. Yakni, siap sekolahnya, siap gurunya, siap siswanya, siap orangtuanya, dan siap daerahnya. Hal itu disampaikan Ganjar usai memimpin Rapat Penanganan Covid-19 dengan Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah secara daring di Ruang Rapat Gubernur. “Tadi pagi (kemarin) saya melihat salah satu SMP sudah melaksanakan SOP-nya sudah bagus,” katanya.
Disebutkan, dari 2.539 sekolah itu, sebanyak 2.401 pendidikan dasar, yakni PAUD, SD dan SMP tersebar di Cilacap, Banjarnegara, Kebumen, Rembang, Semarang, Kendal, Pemalang, dan Kota Semarang. Kemudian 4 SLB melaksanakan simulasi PTM di Purbalingga, Jepara dan Demak. Sementara jenjang SMK, total 67 sekolah dengan rincian 15 sekolah melaksanakan simulasi PTM, dan 52 lainnya PTM terbatas tersebar di 19 kabupaten/kota. Jumlah yang sama juga untuk jenjang SMA, yakni sebanyak 67 sekolah. Rinciannya, 22 sekolah melaksanakan simulasi PTM, dan 45 sekolah melaksanakan PTM terbatas. Untuk SMA tersebar di 17 kabupaten/kota.
“Beberapa siswa masih ada yang naik ojol, sebaiknya diantar orangtua dan pulangnya juga mesti dijemput oleh orangtuanya, sehingga memastikan mereka beres,” tandasnya. (cr5/mg3/mg1/mg5/mg6/den/mg7/taf/mg2/mg4/mg9/aro)