RADARSEMARANG.COM, Semarang – Sebanyak 17 anak kecil seusia sekolah dasar datang ke teras Kantor Kelurahan Karang Kidul. Mereka bersiap menunggu kakak relawan yang mengajar setiap Selasa sore.
Kali ini anak-anak diajak membuat jam dari piringan CD bekas untuk belajar cara membaca jam. Komunitas Satoe Atap masih konsisten mejalani kegiatan kerelawanannya selama belasan tahun.
Chusna, salah satu relawan yang bergabung sejak 2017 menjelaskan materi yang diajarkan tiap minggu berbeda. Melihat sebagian besar anak muridnya banyak yang belum bisa membaca jam, maka ia bersama para relawan Komunitas Satoe Atap berinisiatif untuk mengajarkan mereka dengan cara asyik.
“Yang kami ajar ini anak-anak bantaran sungai kawasan Seroja, mereka biasanya menganggap kegiatan mingguan ini sebagai les,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Kegiatan di halaman itu diawali dengan pertanyaan seputar Hari Lahirnya Pancasila oleh relawan pengajar. Belasan anak membetuk formasi lingkaran sambil sahut menyahut saat ditanya butir-butir pancasila. Setelah dibagi kelompok, anak-anak membuat jam didampingi kakak relawan. “Saat ini relawan yang aktif ada sekitarsepuluh orang, tapi kami menerima siapa pun yang mau bergabung,” imbuhnya.
Anak-anak dengan antusias menempelkan angka ke piringan CD bekas yang dipegangnya layaknya jam dinding asli. Lalu kedua jarum jam dari potongan kertas dipasang dengan dua potongan kecil kardus. Dikaitkan menggunakan jarum kecil hingga jadi seperti jam dan mudah digunakan untuk media pembelajaran.
Komunitas tersebut sudah sejak 2007 mengajar anak-anak pinggiran. Tempatnya pun sempat berubah sesuai kondisi dan kebutuhan lapangan. Kepedulian terhadap anak mengundang para relawan baru terus datang. Selasa kemarin tiga relawan baru pertama kali bergabung.
Salah satu murid yang dulu rutin mengikuti kegiatan Satoe Atap kini pun membawa adiknya yang masih berusia dini untuk ikut belajar di sana. Ani-sapaan akrabnya mengaku pembelajaran yang diikuti seru dan menarik. Ia tak ingin adiknya melewatkan kegiatan tersebut. (cr1/ida)