RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – SMPN 17 Semarang telah memanfaatkan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau serba digital dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Tak hanya memanfaatkan LCD dan handphone, tapi sudah menerapkan sistem penilaian yang di-convert ke e-rapport.
Menurut Guru Bahasa Jawa SMPN 17 Semarang, Tukijo, pembelajaran berbasis digital ini sesuai arahan Menteri Pendidikan untuk digitalisasi sekolah. “Pengembangan ini seiring dengan program Wali Kota Hendrar Prihadi juga, yakni Smart City. Sekarang semua kelas didesain digital, baik pelajaran biasa, kuis online dan tesnya sudah pakai teknologi,” ujarnya.
Digitalisasi sekolah ini telah didukung komite sekolah. Hasilnya, jauh lebih efektif dibandingkan dengan pelajaran manual. “Siswa milenIal butuhnya serba praktis, manual itu boros kertas, anak cenderung mudah lelah. Berbeda dengan android, guru memang berat di awal karena harus buat soal, tapi soalnya bisa dipakai berikutnya karena tersimpan di cloud. Penilaian juga mudah langsung bisa di-convert ke e-rapport. Siswa merasa lebih efektif dan praktis, masuk pakai barcode,” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM pada Senin (09/12).
Kelebihan penggunaan teknologi ini, dapat mengakses sumber informasi dengan cepat. Negatifnya, saat pelajaran berlangsung siswa membuka laman lain. “Untuk itu, guru harus lebih ketat dalam mengawasi ujian agar siswa tidak mencontek,” tuturnya.
Menurutnya, pembelajaran di hari itu bisa langsung diselesaikan, jadi tanpa ada PR di rumah. Itu kelebihannya. Generasi milineal sekarang memiliki rasa penasaran tinggi, ingin mengakses informasi secara cepat dan akurat makanya harus berbasis TIK. “Misal bertanya ke guru ga bisa, ya langsung tanya ke google, sumbernya banyak. Tidak lagi ada PR, karena jadi beban siswa. Maka pembelajaran hari itu harus tuntas. Ada PR pun sebagai proyek yang dikerjakan dalam jangka waktu lama,” tukasnya.
Lebih lanjut, untuk menggisi kegiatan class meeting, sekolah mengadakan lomba membuat vlog dengan konten positif. Harapannya, membuat siswa kreatif dan inovatif menggunakan HP. Selain itu ada pula lomba kuis online, tik tok dan boomerang. Tak hanya itu, siswa diajari tidak hanya menjadi views namun juga sebagai pengisi konten. “Ke depan akan ada ekstrakulikuler vlog. Kalau tidak ada lomba vlog ini, pasti mereka akan membuka yang aneh-aneh,” terangnya. (idf/ida)