RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – SMPN 3 Semarang mulai menerapkan sistem belajar mandiri. Sebuah sistem untuk mendidik siswa lewat bidang keorganisasian. Kemandirian itu yang menjadi keunggulan Organisasi Siswa Intra Kampus (OSIS). Organisasi kesiswaan dapat menjalankan roda organisasinya tanpa banyak campur tangan sekolah.
“Ini yang membuat kami berbeda. OSIS MPK (Majelis Perwakilan Kelas) menerapkan sistem belajar mandiri yang seluas luasnya. Mereka senantiasa mencari kemampuan dan pengalaman tidak hanya dari dalam sekolah, tetapi juga dari luar sekolah,” kata Rohadi Wibowo, Bagian Kesiswaan SMPN 3 Semarang kepada RADARSEMARANG.COM Senin (28/10).
Hal itu menjadi landasan bagi OSIS SMPN 3 Semarang untuk melakukan kegiatan oraganisasi tanpa bergantung pada sekolah. Misalnya pada pendanaan berbagai kegiatan yang mereka selenggarakan. OSIS lebih memilih mengadakan bazar dan berjualan untuk mendapatkan dana kegiatan.
“OSIS tidak terlalu mengandalkan dana kegiatan dari sekolah. Mereka lebih memilih mencari dana dengan proposal sponsor, kepada perusahaan yang dimiliki keluarga siswa dan mengandakan bazar,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan Auliya Bosch Dwiyanti, siswi SMP yang beralamat di Kelurahan Brumbungan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Siswa yang pernah menjadi wakil ketua OSIS itu menjelaskan, pada setiap kegiatan, organisasinya lebih banyak mencari dana dengan mengadakan bazar dan berjualan di Car Free Day Simpang Lima Semarang.
“Kami banyak mengadakan kegiatan, dananya dari bazar. Seperti jualan sosis bakar dan minuman di sekolah, juga keliling Car Free Day untuk jualan nasi bakar. Kami sudah terbiasa mandiri,” ujar siswi yang akrab disapa Auliya itu.
Kemandirian mereka telah terkenal hingga ke berbagai daerah. Mereka pun telah menerima berbagai kunjungan studi banding dari berbagai sekolah. “Kemarin ada kunjungan dari OSIS SMP Al-Azhar Jakarta, juga dari OSIS MTS Khusnul Khotimah Kuningan, Jawa Barat. Mereka melakukan studi banding,” ujar siswi yang mendapat rangking satu di kelas 8 tersebut.
Mereka juga menganggap di usianya saat ini, organisasi dan perseorangan harus bisa bergerak sendiri. Hal itu disampaikan Sancia Macika, mantan sekretaris OSIS SMP 3 Semarang. “Kami susah seneng bareng-bareng, kami itu keluarga. Perbedaan pendapat sudah biasa di sini, kita menyelesaikannya dengan digabungkan. Juga voting,” tegasnya. Kegiatan OSIS tersebut sepenuhnya didukung dan dibanggakan oleh pihak sekolah.
Kepala SMPN 3 Semarang, Eko Djatmiko menyebutkan, selain banyak prestasi, yang paling dibanggakan sekolah adalah bidang keorganisasian siswa. “Kami punya banyak prestasi, tapi OSIS ini perlu kita banggakan. Sebagai sarana belajar bagi siswa dalam kegiatan organisasi,” ujarnya. (cr3/zal)