RADARSEMARANG.COM, KENDAL – Cara kreatif dilakukan oleh masyarkat kampus SMAN 1 Kendal (SMANIK). Untuk mengurangi produksi sampah plastik, mereka bersepakat dan berkomitmen untuk melaksanakan Geser Tumbox. Dimana guru, karyawan serta semua siswa wajib membawa tumbler dan box lunch ke sekolah.
Geser Tumbox merupakan singkatan dari Gerakan Seribu Tumbler dan Box Lunch. Dimana kampus SMANIK bersepakat untuk membawa bekal makan dan minum sendiri dari rumah setiap hari. Dengan Geser Tumbox ini diharapkan bisa mengurangi produksi sampah di sekolah.
“Siswa memiliki kesadaran untuk bisa meminimalisir produksi sampah. Sebab mereka membawa tempat minum dan kotak makan sendiri dari rumah. Sehingga meski mereka tidak membawa bekal, tapi saat jajan di kantin mereka wajib membawa tumbler dan box sendiri,” Kata Kepala SMANIK Yuniasih, kemarin (27/9).
Pihak sekolah juga telah bekerjasama dengan kantin sekolah untuk bisa mengurangi produksi sampah. Terutama sampah plastik, sehingga nantinya saat siswa membeli makan atau minuman kantin akan melayani dengan tumbler dan box milik siswa itu sendiri.
Geser Tumbox sendiri menurutnya, lantaran sudah terbentuk komitmen bersama antara guru, karyawan dan semua siswa bahwa SMANIK akan menjadi Sekolah Adiwiyata. Saat ini masih berproses untuk penilaian tingkat daerah Kendal. “Jika lolos maka Adiwiyata tingkat Provinsi, Mandiri bahkan tingkat Internasional yakni Echo School,” tandasnya.
Selain Geser Tumbox, untuk menunjang Sekolah Adiwiyata pihakya juga melaunching Simpatik (Aski Mengurangi Sampah Plastik) dan Gemess (Gerakan Memungut Sampah Setiap Saat). Dimana guru dan siswa harus memungut sampah yang ada didekatnya. Dimulai dari ruang kelasnya, halaman kelas dan halaman sekolah secara umum.
Dengan gerakan ini, diharapkan menjadi pembiasaan siswa untuk cinta lingkungan dan cinta kebersihan. “Sekolah Adiwiyata ini bukan lomba, sehingga saat selesai maka tidak kelanjutan. Tapi program yang harus dijalankan bersama. Butuh komitmen bersama oleh semua masyarakat sekolah,” tambahnya.
Pengawas SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jateng, Utomo mengaku memang gerakan mengurangi produksi sampah memang harus dibiasakan. Sehingga kedepan siswa saat lulus bisa menjadi generasi yang sadar akan sampah.
“Gerakan ini tidak akan bisa berhasil tanpa ada komitmen bersama. Makanya saya kagum pada SMANIK yang sudah bisa membuat komitmen bersama dengan semua siswa untuk bisa mewujudkan Sekolah Adiwiyata,” katanya. (bud/bas)