RADARSEMARANG.COM, Semarang – Sampah menjadi salah satu masalah yang terus dipecahkan. Termasuk sampah plastik yang merusak lingkungan. Pengolahan sampah plastik yang menjadi tren saat ini adalah dengan ecobrick atau bata plastik.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang mengembangkan Taman Ecobrick di sebelah Kantor DLH Kota Semarang. Taman ini menjadi salah satu cara mengendalikan sampah plastik. Ecobrick sendiri adalah terobosan pengelolaan sampah plastik yang dikembangkan oleh PT Marifood (Marimas) yang kemudian diadopsi oleh DLH Kota Semarang.
“Pembuatan taman ini menjadi salah satu cara mengendalikan sampah plastik yang merusak lingkungan,” kata Kepala DLH Kota Semarang Sapto Adi Sugihartono saat pelatihan pembuatan bangunan Ecobrick di Taman Ecobrick Kantor DLH Kota Semarang Minggu (10/10/2021).
Bangku, meja, dan fasilitas lainnya, dibangun menggunakan ecobrick. Total ada 20 ribu botol ecobrick yang dibuat oleh komunitas dan masyarakat Kota Semarang. Pembuatan bangunan ecobrick ini melibatkan komunitas di Kota Semarang, antara lain Komunitas Ecobrick Marimas, Proklim Purwokeling BPI, Bank Sampah Kota Semarang, Saka Kalpataru, dan Tim KKN RDR Angkatan 77 Kelompok 43 UIN Walisongo.
“Asal mula kata Ecobrick adalah eco yang berarti ramah lingkungan dan brick yang berarti bata. Kami coba wujudkan secara nyata olahan sampah plastik bisa digunakan sebagai pengganti bata dan menjadi sebuah bangunan,” ujarnya.
Satu botol ecobrick, kata dia, berisi 600 gram plastik yang sudah tidak terpakai. Jika menggunakan 20 ribu ecobrick untuk membuat taman ini, sedikitnya ada 300 ton sampah plastik dimanfaatkan. Sapto berharap pembuatan ecobrick tersebut terus dikembangkan di tengah masyarakat, sehingga bisa melestarikan lingkungan. “Harapannya bisa dikembangkan di tempat lain,” pungkasnya.
Perwakilan Proklim Purwokeling Eko Gustini Pramukawati menyampaikan, bangunan ecobrick menggunakan bahan yang ramah lingkungan, yakni tanah liat, kotoran kerbau, dan jerami yang sebelumnya dicampur secara manual untuk menyusun botol ecobrick
“Plastik jika terkena sinar matahari dapat mengeluarkan dioksin atau racun. Maka harus dilapisi tanah liat terlebih dahulu. Lapisan tanah liat ini terdiri atas campuran lempung, kotoran kerbau, dan jerami,” jelasnya.
Humas Marimas Lantip Waspodo menerangkan, Taman Ecobrick ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan Marimas. Menurutnya, perusahaan mulai mengenalkan dan memberikan pelatihan ecobrick kepada masyarakat Semarang sejak 2017. “Saat ini kami bisa berbangga, Kota Semarang dapat memanfaatkan plastik tidak terpakai menjadi Taman Ecobrick,” katanya. (den/ida)