RADARSEMARANG.COM, MADINAH-Perang badar yang terjadi pada 17 Ramadan tahun kedua hijriyah, tepatnya 13 Maret 624 Hijriyah, bukti kebenaran Islam di padang jahiliyah kala itu. Sudah hampir 14 abad, buktinya masih ada hingga kini.
Empat belas nama syuhada yang menjadi gugur dalam perang melawan 1000 tentara Quraisy, diabadikan dalam monumen. Di antaranya dari kaum Muhajirin adalah Ubaidah bin Al-Harits, Umair bin Abi Waqqas, Dzusy Syimalain bin Abdu Amr, Aqil bin Al-Bukair, Mihja’, dan Shafwan bin Baidha’. Sedangjan korban meninggal dari kaum Anshar berasal dari Bani Aus ada dua orang, yaitu Sa’ad bin Khaitsamah dan Mubasysyir. Sedangkan dari Bani Khazraj ada enam orang, yaitu Yazid bin Al-Harits, Umair bin Al-Husam, Rafi’ bin Al-Mu’alla, Haritsah bin Suraqah, Auf bin Afra’ dan Mu’awwadz bin Afra’.
Makam keempat belas syuhada itu dikelilingi pagar besi setinggi sekitar 3 meter di lembah Badar. Di dalam pagar hanya ada bebatuan yang tak beraturan. Sangat sulit mengenali makam syuhada sesuai nama satu per satu. Ini berbeda dengan makam Baqi’, meski tanpa nama namun pusara dari bongkahan batu cukup tertata rapi. Sedangkan makam syuhada Badar tidak.
Di depan pagar besi, ada tulisan Maqbaroh Syuhada Badar dalam tulisan Arab. Makam ini terletak di Jalan Syuhada di Kota Badar, Madinah, Arab Saudi.
Butuh waktu dua jam untuk sampai di Pemakaman Syuhada Badar. Dengan jarak tempuh hingga 150 km dari Kota Madinah.
Ketika rombongan Media Centre Haji (MCH) Daker Bandara melakukan ziarah ke Makam Badar, suasana lengang diselimuti panas terik matahari Madinah. Hanya ada penjual es krim yang nangkring di atas mobilnya. Dan penjual kopi, teh, dan kayu siwak yang sangat sederhana.
Penduduk setempat menolak menerangkan tentang sejarah Perang Badar. Bersyukur masih berbaik hati menjelaskan kedatangan para peziarah.
“Banyak pengunjung ke sini. Terutama jemaah haji dan umrah dari Indonesia dan Malaysia. Sekali datang bisa 10 bus,” kata penduduk di Kampung Badar yang mengenalkan dirinya sebagai Ray.
Peziarah bisa berdiri di balik pagar. Tak ada tempat khusus bagi peziarah untuk membaca doa untuk syuhada.
Perang Badar sebetulnya tidak seimbang dari segi jumlah pasukan. Pasukan Islam yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW, hanya berjumlah 313 orang. Sedangkan musuhnya sekitar 1.000 orang.
Karena itulah, Allah SWT menurunkan malaikat-Nya untuk membantu kaum muslimin. Bahkan gunung tempat turunnya malaikat, menjadi saksi sejarah. Kini masih kokoh menjulang tinggi dan memanjang mengitari lembah Badar. Dikenal dengan sebutan Jabal Malaikat.
Gunung ini cukup berbeda dengan gunung-gunung di sekelilingnya. Jika gunung lainnya menjulang tinggi dengan batu-batuan terjal, Gunung Malaikat bak laksana oase gurun pasir yang tak lekang oleh waktu.
Ada lokasi khusus pagi pengunjung yang ingin napak tilas atau ngalap berkah atas perjuangan Rasulullah yang dibantu para malaikat melawan kaum Quraisy. Pengunjung bisa mengabadikan momentum itu untuk foto dan video.
Di Jabal Malaikat pun ada yang berjualan madu hasil kebun daerah setempat. “Ini obat kuat,” bilangnya.
Kepala Daker Madinah Zaenal Muttaqin menjelaskan, perang badar adalah upaya Rasulullah SAW menjaga agama Islam dari serangan kafir Quraisy, Makkah.
Perang ini menjadi penentuan, umat Islam akan berlanjut atau hancur. Namun takdir Allah SWT berkata lain. Meski pasukan umat Islam hanya 313 sahabat melawan 1000 orang pasukan Quraisy, kaum muslimin bisa memenangkan peperangan dengan seribu malaikat yang diturunkan Allah SWT.
“Dari 313 sahabat yang berperang, hanya 14 sahabat yang gugur. Dan Allah SWT mengistimewakan sahabat yang gugur dengan jaminan masuk surga. Termasuk sahabat yang selamat juga dijamin masuk surga,” jelasnya.
Dengan kemenangan kaum muslimin dalam perang badar, bisa menikmati Islam hingga kini. “Perang ini sangat bersejarah bagi umat Islam,” tandasnya. (ida)