28.6 C
Semarang
Thursday, 17 April 2025

Petugas PPIH Arab Saudi Daker Madinah dan Bandara Diminta Beri Pelayanan 3S

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, JAKARTA-Sekitar 380-an lebih petugas PPIH Arab Saudi mendapatkan pengarahan sebelum dilepas menuju ke Arab Saudi. Direktur Bina Haji Kemenag RI Arsad Hidayat menegaskan perlunya memberikan pelayanan dengan 3S. Yakni Senyum, Sapa, dan Salam.

Arsad menegaskan seluruh petugas akan dilepas Direktur Jamaah Haji dan Umrah Kemenag RI Hilman Latif pada pagi pukul 07.00 Sabtu (20/5/2023). Langsung menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng menuju Bandara King Abdul Azis Internasional (KAAI) Jeddah selama 9,5 jam. Kemungkinan sampai di Jeddah pukul 15.00 waktu Jeddah.

“Karena waktu mepet dengan waktu salat, maka harus salat di pesawat. Salat li hormatil waktu. Tayamum tak boleh melakukam salat jamak, maka salatnya li hormatil waktu. Setelah di jeddah, langsung ke makkah,” katanya.

Jeddah sampai Makkah harus menempuh 80 km dengan lama sekitar perjalanan 2-3 jam. Setelah itu, langsung melaksanakan umrah haji. Kemudian istirahat. Tanggal 21 Mei sore waktu Makkah, jamaah meninggalkan Makkah menuju Madinah.

“Sebaiknya yang belum punya kartu komunikasi, segera beli paket di tanah air. Sesuai masa tugas kita di Arab Saudi,” kata Arsad.

Seluruh petugas baik dari Daker Madinah maupun Daker Makkah akan tidur di hotel yang sama. Baru kemudian tanggal 22 Mei 2023, dilanjutkan melakukan rapat koordinasi per daker dan per sektor.

“Setelah rapat, tiap daker turun ke lokasi. Daker Bandara melakukan pengecekan di Bandara Madinah, demikian pulan Daker Madinah melakukan pengecekan di Madinah,” katanya.

Dijelaskan, tujuan petugas datang lebih awal adalah untuk menyiapkan layanan kepada jemaah haji. Mulai dari katering, akomodasi, dan transportasi juga harus semua sudah siap.

Di antaranya, transportasi mana yang akan dipakai, konsumsi yang sudah dikontrak sejauh mana, gedung kesehatan yang dikontrak sudah ada izin operasional atau belum. Kelengkapam perizinan untuk pelayanaan jemaah haji ini penting, agar pelayanan petugas tidak dianggap ilegal. “Pastikan izin pelayanan sudah siap,” tandasnya.

Terkait akomodasi sudah harus siap turun, terutama ke masing masing hotel, tempat tidurnya sejauh mama, airnya, liftnya berfungsi atau tidak, apakah semua sudah bisa beroperasi.

Dari sisi katering, ada dapurnya atau tidak, bahan baku expired tidak. Armada yang akan mengantar katering sudah siap atau tidak.

Selama ini, hotel bintang 5 hingga bintang 7 yang sudah disewa, terkadang suka menutup akses katering dari pelayanan petugas. Biasanya mereka hanya ingin melayaninmakanan dari dapurnya sendiri.

“Tahun-tahun sebelumnya kasus ini pernah terjadi. Maka kontrak layanan harus dibaca, dipahami, dan dimengerti. Terutama terkait kewajiban yang akan menjadi hak-hak jemaah haji,” ujarnya.

Kendati begitu, petugas jangan hanya terfokus pada bidang layanan empat saja, bidang layanan lainnya juga harus diperhatikan.

Kalau ada sesuatu yang tidak seharusnya terjadi, harus segera membuat laporan agar bisa segera diperbaiki. “Tahun lalu ada jemaah haji yang protes, saat lift bermasalah. Kalau seperti itu segera buat laporan,” ingatnya kepada petugas untuk meminimalisasi kasus.

Terpenting lagi adalah melakukan koordinasi dengan stakeholder lain di Arab Saudi, di antaranya dengan Muasasah Al Adila (lembaga yang mengatur terkait paspor), Naqobah (mengatur keluar masuk bus), Baladiah (izin operadional dapur).

Untuk Daker Bandara juga sama, koordinasi dengan Muasasah Al Adila (lembaga yang mengatur terkait paspor), Naqobah (mengatur keluar masuk bus), Baladiah (izin operadional dapur) dan Maktab Alwukala di bandara.
“Kalau bisa Linjam melakukan silaturrahim ke tim keamanan di Madinah baik di Markazia maupun di Makkah Mukaromah,” jelasnya.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan petugas sebagai kunci utama agar jamaah haji memiliki persepsi bahwa panitia telah bekerja maksimal.

Adalah panitia harus melakukan layanan semaksimal mungkin. Harus memastikan zero kesalahan. Semua harus sudah siap. Karena ini akan menentukan kesan jamaah haji kali pertama di Madinah.

Saya pernah punya pengalaman, ketika ada jamaah haji kali pertama merasakan AC tak bisa digunakan sehingga suhu panas saat di Madinah. Kejadian itu mempengaruhi emosi selanjutnya. Apalagi jika menemukan katering terlambat datang saat kondisi kelaparan. Diperparah lagi sampai bandara tak ada petugas. Persepsi jemaah haji akan menjadi negatif terus terhadap petugas haji.

Karena itu pelayanan terhadap tamu Allah SWT harus dilakukan dengan tulus dan sepenuh hati seperti melayani orang tua sendiri. Jangan kalah dengan pegawai SPBU yang memberikan pelayanan kepada konsumen.

“Kita ini lebih mulia menjadi pelayan dhuyufurrahmah atau tamu-tamu Allah SWT. Kita harus bisa melakukan dengan 3S, yakni senyum, salam, dan sapa,” ingatnya.

Sebagaimana melayani orang tua sendiri, maka berikan yang terbaik. Dengarkan keluhan mereka. Termasuk keluhan yang melalui whatsapp maupun SMS. Mereka berhak mengeluh, petugas harus mendengarkan. Harus bisa mencarikan solusi terbaik, tidak boleh cuek.

“Yang kita tunggu doa para jamaah haji. Sampai diberikan dengan ikhlas. Maka permintaan dan permohonan, keinginan kita akan dikabulkan oleh Allah SWT,” katanya.
Termasuk ketika jemaah haji kehilangan uang. Maka harus koordinasi dengan ketua rombongan (Karom) untuk mendapatkan solusi terbaik.

“Mudah-mudahan persepsi jemaah terhadap petugas haji ini sangat baik. Minimal indek kepuasan jemaah haji bisa sama dengan tahun 2022. Kalau meningkat Alhamdulillah. Raihlah ridho rabbimu melalui senyum tamu tamu Allah SWT,” harapnya. (ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya