27 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Lima Orang di Semarang Meninggal Akibat Leptospirosis

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Angka kasus meninggal akibat leptospirosis periode Januari sampai awal Maret tahun 2023 mencapai lima orang. Sementara jumlah kasus di Ibu Kota Jateng ini mencapai 18 kasus.

Leptospirosis terjadi lantaran manusia terkena kontak langsung dengan urine hewan yang terinfeksi atau melalui air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi urine hewan. “Jumlah kasus paling banyak tersebar di Semarang Utara dan Pedurungan,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang M Abdul Hakam.

Hakam meminta, petugas Dinkes maupun puskesmas untuk mengantisipasi adanya leptospirosis pada musim penghujan. Salah satunya wilayah yang sering terjadi banjir ataupun rob. Puskesmas, pun diminta melakukan surveilans aktif tiga pekan pasca banjir dan rob.

“Harus jemput bola, jangan menunggu pasien datang dengan gejala demam, kuning matanya, nyeri betis. Itu adalah ciri khas pasien leptospirosis. Itu menurut saya sudah terjadi keterlambatan penanganan,” ujar Hakam.

Pengecekan, lanjut dia, harus dilakukan bersama dengan penyakit lain misalnya DBD. Petugas lanjut dia, ketika menemukan warga mengalami demam, harus dilakukan skrining awal, apakah demam biasa, DBD, leptospirosis, atau penyakit lain yang kerap terjadi saat musim hujan.

“Dari jumlah yang terkena ini, ada yang perbaikan, ada pula yang meninggal. Biasanya yang meninggal punya komorbid, seperti diabetes dan menyerang organ vital, seperti ginjal, jantung, dan paru,” jelas Hakam.

Operasi tangkap tangan, kata dia, harus dilakukan terhadap tikus yang ada di lingkungan. Menurut dia, tikus got memiliki kandungan bakteri leptospirosis yang tinggi. “Bakteri ini bisa masuk ke tubuh melalui luka, misalnya lecet ataupun yang lainnya, di kaki maupun tangan,” pungkasnya. (den/ida)

Reporter:
Adennyar Wicaksono

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya