RADARSEMARANG.COM – Mengalihkan rasa sakit dengan beragam aktivitas, tak membuat Kepala Seksi Pelayanan Publik Kecamatan Candisari, Wagimin, putus asa. Bahkan beraktivitas seperti biasa. Dan tak merasa terkena stroke.
Wagimin sampai sekarang masih rutin berobat ke Puskesmas. Meski begitu, dalam benaknya tak menjadikan stroke itu sebagai beban. Justru dia tak menganggap dirinya strike. “Sakitnya kali pertama pada 2014, langsung sebulan libur. Sampai sekarang rutin berobat,” katanya.
Diakuinya, pada tahun 2014 itu, Wagimin hanya jatuh terpleset di kamar mandi. Setelah itu, tidak masuk kerja atau izin sampai satu bulan tadi. Bahkan berobat sampai sekarang. “Sebagai pelayan publik, kita harus melayani masyarakat. Dan saya mau pensiun tiga tahun lagi. Masyarakat juga tidak usah takut,” jelasnya.
Wagimin bersyukur, meski sudah tiga kali masuk rumah sakit, namun dikelilingi rekan kerja yang selalu membuatnya bahagia. Padahal akibat stroke, kadang membuatnya lupa. “Kadang kami berupaya membangkitkan memorinya, name take saya tutup. Terus saya tanya, namaku siapa, dia lupa,” ujarnya terkekeh.
Kasi Pembangunan Candisari, Anmar Joedhi, mengungkapkan Wagimin ketika menjadi Kasubag Keuangan, dirinya masih staf. “Sebelum sakit, dulu kinerjanya sangat rajin. Jangan ditanya, mas. Rapat sehari tiga kali, laporan harus rampung sampai jam 12 malam semua ditanganinya,” katanya.
Wagimin tipikal orang yang pendiam. Karena itu, orang yang mengidap stroke itu, harus diajak komunikasi. “Jangan sampai dia melamun sendirian. Kami selalu mengajak guyonan. Kalau beliau tertawa, saya ikut senang mas,” ungkapnya.
Kasi Pemerintahan Candisari, Widodo Indrajanto turut menghibur agar tidak serius. Apalagi pas sehatnya, Wagimin adalah orang yang rajin, multitasking, mahir komputer. “Dulu dia Kasi Kesos, ada rapat didatangi semua mas,” ujarnya.
Widodo mengakui dulu dirinya juga pernah mengalami gejala stroke, tapi hanya 30 menit. “Tensinya tinggi, tapi tidak merasa. Habis markir motor, kaki saya rasanya dingklang, tapi tak lihat tidak dingklang, ngomongku celat. Kadang pikiran, kadang lalinan, kadang bingung. Terus saya bilang ke pak camat harus dibawa santai saja,” katanya. (fgr/ida)