27 C
Semarang
Saturday, 12 April 2025

Dua Anak Alami Kasus Gagal Ginjal Akut di Batang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Dua kasus gagal ginjal akut pada anak ditemukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Batang. Bahkan, dari dua pasien anak itu, satu di antaranya meninggal.

Direktur RSUD Batang dr Muhammad Ali Balki kepada wartawan Jumat (21/10) menyebutkan, dua kasus gagal ginjal akut pada anak di Batang itu masuk kategori nonmisterius karena ada beberapa faktor penyerta.

“Sudah ada dua kasus gagal ginjal akut pada anak. Akan tetapi, dua penderita itu masuk kategori nonmisterius karena ada faktor penyertanya, seperti terjangkit DBD. Sedang pasien yang rawat jalan diketahui kakaknya juga punya riwayat penyakit gagal ginjal,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan dr Tan Evi Susanti. Ia menjelaskan jika kasus tersebut masuk kategori nonmisterius. Ada beberapa faktor penyerta. “Ya, di Batang sudah ada dua kasus gagal ginjal akut. Tetapi keduanya tidak masuk kategori misterius. Karena ada beberapa faktor penyertanya,” ucapnya.

Satu anak yang meninggal punya penyakit penyerta berupa demam berdarah dengue (DBD). Sementara yang menjalani rawat jalan, ada riwayat keturunan. Sang kakak diketahui punya riwayat gagal ginjal. Hingga kini belum diketahui penyebab pasti terkait adanya penyakit ginjal tersebut. Menurutnya, gagal ginjal ini sulit dideteksi secara kasat mata.

Gejalanya ringan seperti panas, batuk, dan pilek. Jika didapati gejala demikian, orang tua bisa memeriksakan kondisi anaknya ke dokter. Para dokter kini juga telah memberikan edukasi lebih terhadap pasiennya agar tidak parno. Mereka juga tidak lagi memberikan obat sirup yang dilarang BPOM.

Dokter Evi mengimbau agar para orang tua tidak khawatir berlebih. Pihaknya juga menyarankan agar mereka tidak memberikan parasetamol sirup untuk pengobatan anak. “Kalau sakit segera diperiksakan ke dokter. Jangan sembarangan diberi obat. Hati-hati dalam mengunakan obat, cek dulu apakah terdaftar dalam BPOM dan sebagainya. Selain itu juga jaga kesehatan anak dan keluarga. Dengan memberi asupan makanan yang sehat dan bergizi,” terangnya.

Ia menjelaskan, sebenarnya di Indonesia belum ditemukan indikasi dari sirup parasetamol tersebut. Namun sebagai upaya preventif atau pencegahan, disarankan untuk tidak menggunakannya. Karena masih dalam tahap penelitian lebih lanjut. “Dengan adanya insiden di India, sementara ini BPOM menyarankan untuk tidak mengonsumsi sirup parasetamol terlebih dulu,” ujarnya.

Sebagai pengganti, orang tua bisa memberikan obat penurun panas. Berupa parasetamol tablet atau puyer. “Kalau untuk panas demam anak, parasetamol memang obat yang paling cocok. Hanya saja sementara ini mungkin bisa menggunakan tablet atau puyer, hindari obat sirup,” tandas dr Evi.

Sementara itu, Pemkot Semarang memberikan perhatian khusus terhadap kasus gagal ginjal akut yang sudah ditemukan di Jawa Tengah. Koordinasi akan terus dilakukan, meskipun belum ada temuan kasus di Kota Lunpia.

Plt Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menjelaskan, jika kasus gagal ginjal akut akan direspon secara serius dan akan menjadi fokus Pemkot Semarang, selain kasus demam berdarah dan Covid-19 meskipun angkanya relatif kecil.

“Sudah saya sampaikan ke Pak Hakam (Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Red) agar bisa melakukan percepatan penanganan kalau ada indikasi atau temuan kasus gagal ginjal akut,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM, Jumat (21/10).

Mbak Ita –sapaan akrabnya menjelaskan, dirinya baru mengetahui terjadinya kasus gagal ginjal akut pada anak disebabkan obat sirup. Kasus ini pun sudah terjadi di beberapa daerah, bahkan sudah ada yang meninggal.

Agar kejadian serupa tidak masuk ke Ibu Kota Jawa Tengah, Mbak Ita mengatakan harus dilakukan sosialiasi secara masif kepada masyarakat. Terutama penyebab terjadinya gagal ginjal akut kepada anak.

“Sosialisasi harus digencarkan ya, karena orang tua masih belum mengerti dan mengetahui gejala dan penyebab dari gagal ginjal akut ini,” tuturnya.

Melalui sosialisasi, Mbak Ita berharap anak yang terindikasi gagal ginjal akut bisa langsung mendapatkan penanganan medis dan diberikan penanganan sebaik mungkin agar bisa tertolong.

“Kalau gejalanya diketahui, bisa dilakukan penanganan medis yang tepat agar penderita gagal ginjal akut ini bisa tertolong,” katanya.

Pengawasan ketat juga akan dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang terhadap peredaran obat sirup untuk anak yang mengandung Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG). “Sesuai peraturan dan registrasi produk obat di BPOM, tidak boleh ada kandungan EG ataupun DEF,” ujar Kepala BBPOM Semarang Sandra M.P Linthin.

Ia menerangkan, BPOM telah melakukan sampling terhadap 39 bets dari 26 obat sirup yang beredar di Indonesia yang diduga mengandung cemaran EG dan DEG. Bahkan ia menyebut hasil sampling dan pengujian menunjukkan adanya kandungan cemaran EG yang melebihi ambang batas aman pada lima produk obat sirup, yaitu, Termorex Sirup, Flurin DMP Sirup, Unibebi Cough Sirup, Unibebi Demam Sirup, dan Unibebi Demam Drops.

“Nantinya produk yang mengandung EG akan ditarik dan dimusnahkan. Kita minta industri farmasi pemilik izin edar untuk melakukan penarikan,” tegasnya. (yan/den/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya