RADARSEMARANG.COM, Semarang – Kebutuhan daging sapi menjelang Idul Adha meningkat. Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Kota Semarang memastikan stok hewan kurban aman menjelang Idul Adha.
Kepala Dispertan Kota Semarang Hernowo Budi Luhur mengatakan, stok hewan kurban terutama sapi akan didatangkan dari daerah zona hijau atau nihil kasus penyakit mulut dan kuku (PMK).
“Sebagaimana telah disampaikan Menteri Pertanian, ada daerah-daerah yang merah dan hijau. Jadi stok hewan kurban di Kota Semarang akan didatangkan dari daerah yang masih hijau,” jelasnya saat ditemui di Kantor Dispertan Kota Semarang Selasa (14/6).
Pihaknya yakin sumber peternakan di daerah zona hijau mampu mendatangkan stok hewan kurban bagi daerah yang berada di zona merah kasus PMK. Sebagian daerah zona hijau antara lain Sumenep, Banyuwangi, Ngawi, Situbondo, dan sebagainya.
“Di Kota Semarang sendiri total ada 351 kasus PMK sampai Senin, 13 Juni kemarin. Sebanyak 314 kasus aktif yang sampai sekarang masih bergejala. Kemudian 11 sapi sudah mati dan ada 16 sapi yang terpaksa kami potong,” akunya.
Ia menambahkan, vaksin akan segera didatangkan. Harapannya hewan ternak khususnya di Kota Semarang tertangani dengan baik. “PMK ini virus. Jadi yang terpenting adalah bagaimana meningkatkan daya tahan tubuhnya,” tambahnya.
Selanjutnya sapi yang terkena PMK akan diberikan obat. Terutama mulut sapi yang sariawan serta kaki akan diberikan antibiotik. Pihaknya juga bekerja sama dengan dinas dari kabupaten dan kota di Jateng mengenai penyuluhan PMK.
Sementara itu, Dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian Dian Wahyu Harjanti menyarankan pengadaan fasilitas perebusan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Pihaknya menilai hewan yang telah sembuh dari PMK tetap aman dikonsumsi.
Namun dengan pengolahan ketat dengan beberapa metode. Salah satunya dengan merebus selama minimal 30 menit tanpa dicuci terlebih dahulu. Hal ini untuk mencegah penyebaran virus melalui saluran air.
“Concern PMK ini bukan pada penularan virus ke manusia, tapi penularan ke hewan. Karena produktivitas ternak menurun akibat PMK,” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Sebagai dokter hewan, ia memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan pangan agar Aman Sehat Utuh Halal (ASUH). Oleh karena itu, pihaknya melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat maupun para peternak di Semarang. “Jangan sampai masyarakat jadi takut mengonsumsi daging dan susu, soalnya itu sumber protein utama kita,” jelasnya.
Dian juga terus memberi pemahaman bila PMK tidak menyerang manusia lantaran bukan penyakit zoonosis. Kemudian ia juga mengajarkan pengolahan daging hewan penyintas PMK agar aman dikonsumsi pada Idul Adha nanti.
Selain merebus dengan memisahkan tulang, daging, dan jeroan, konsumen dapat memasukan daging ke suhu kulkas normal untuk proses pelayuan virus selama 24 jam. Cara ini digunakan untuk menangani PMK di negara maju. “Dengan metode ini, PH daging menurun kurang dari 5,9 dan virus PMK tidak aktif, lalu baru bisa dimasukan ke freezer,” imbuh Dian.
Alternatif lain dapat dilakukan dengan memasak menggunakan cara ungkep sebelum dibekukan di freezer. Ia menekankan agar konsumen tidak langsung membekukan daging lantaran virus masih aktif.
Adapun konsumsi susu sebaiknya tidak dikonsumsi secara mentah. Tapi dimasak atau melalui proses pateurisasi dulu. Berbagai cara dilakukan untuk merespon wabah PMK. Dikatakan di negara maju hewan yang terkena PMK disembelih secara massal, dibakar, lalu dikubur. Sedangkan cara tersebut tak mungkin diterapkan di Indonesia mengingat PMK masih bisa disembuhkan. “Makanya ini kami upayakan vaksinasi untuk kekebalan ternak,” pungkas Dian. (kap/taf/ida)