28 C
Semarang
Sunday, 20 April 2025

Penanggulangan TBC Bisa Menggunakan Dana Desa

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SemarangPersebaran penyakit Tuberculosis (TBC) sangat merata di Indonesia. Penanganan dan pencegahannya membutuhkan intervensi kebijakan dari pemerintah secara cepat. Termasuk dengan memanfaatkan dana desa.

Hal tersebut terungkap dalam seminar daring yang dilaksanakan Pattiro Semarang bekerja sama dengan akademisi Undip dalam mendorong pemanfaatan dana desa untuk penanggulangan penyakit TBC Selasa (18/1).

Kesimpulan tersebut merupakan hasil penelitian selama tiga bulan yang didukung oleh Stop TB Partnership Indonesia (STPI). “Data penderita TBC tersebut merupakan data yang sudah ternotifikasi. Meski begitu, masih ada data yang belum ternotifikasi,” kata Akademisi Fisip Undip Retna Hanani.

Diakuinya, pendemi Covid-19 menyebabkan deteksi dan penanganan TBC di Indonesia terhambat. Apalagi dilakukan refocusing anggaran pemerintah untuk penanganan Covid-19. Sedangkan TBC sangat berkaitan dengan kondisi sosial-ekonomi. “Sangat berhubungan dengan keadaan lingkungan,” tambahnya.

Retna menambahkan secara regulasi sudah banyak yang mengatur tentang penanggulangan TBC. Ia melihat ada peran strategis desa dalam memainkan penanggulangan TBC. Di antaranya melakukan testing, tracing, dan treatment TBC. Kemudian melakukan pendekatan partisipatif dalam promosi kesehatan.  “Selain itu ada strategi dengan peningkatan kapasitas kader kesehatan yang eksis,” ungkapnya.

Laila Khalid Al-Firdaus, akademisi Fisip Undip lainnya, juga melihat peraturan terkait penanggulangan TBC sudah ada. Namun belum ada aturan yang spesifik mengatur khusus untuk penanggulangan TBC. Masih sebatas aturan besar, belum terperinci. Selain hal terebut, perlunya sensitivitas kepala desa tentang pentingnya penanggulangan TBC. Termasuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yang belum selesai dengan TBC. “Ada sebagian masyarakat yang menganggap TBC adalah penyakit keturunan atau menganggap mistis,” kata Laila.

Di akhir pemaparan hasil penelitian tersebut, Laila memberikan rekomendasi kebijakan. Di antaranya, perlunya indentifikasi peran desa yang lebih jelas. Utamanya untuk penangangan eleminasi TBC. Selain itu, perlu koordinasi lintas kementerian/lembaga untuk penguatan peran masing-masing.

Retna dan Laila berharap penelitian ini bisa menjadi dasar untuk menghasilkan kebijakan yang tepat sasaran. Selain bisa mengubah situasi TBC di Indonesia, hasil penelitian terebut bisa berperan penting untuk penanggulangan TBC.

Sementara itu Dirjen Pembangunan Desa dan Perdesaan Kemendes PDTT Sugito mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Pattiro Semarang bekerja sama dengan akademi Undip. Kementerian siap memfasilitasi upaya pemberdayaan masyarakat dalam penanganan dan pencegahan tuberculosis menggunakan dana desa. “Tentu secara kolaboratif dan sinergis. Bukan sesuatu yang mustahil untuk cepat terwujud,” jelas Sugito.

Peran serta masyarakat, kata Sugito, sangat penting dalam pengendalian dan pencegahan TBC. Dukungan masyarakat dalam ini, sebagai penggerak, memantau, melaporkan, mendampingi, dan mendata masyarakat yang terjangkit TBC. Kemudian bisa melaporkan agar masyarakat yang terjangkit bisa mendapatkan akses kesehatan yang tepat.

Acara seminar online dihadiri lebih dari 100 peserta. Ditunjuk sebagai penanggap peneliti, Budi Setiyono (WR III Undip), Yeni Sucipto (Deputi II Kantor Staff Kepresidenan), Siti Nadia Tamidzi (Direktur pencegahan dan pengendalian penyakit menular, Kemenkes), dan beberapa penanggap lain dari akademisi serta komunitas lain. (cr2/ida)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya