RADARSEMARANG.COM, Semarang – Vaksinasi anak usia 6-11 tahun akan dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang mulai Selasa (21/12) hari ini. Total sebanyak 165.185 siswa sekolah negeri ataupun swasta. Vaksinasi akan dilakukan di satuan pendidikan atau sekolah secara bertahap.
Kepala Dinkes Kota Semarang M Abdul Hakam mengatakan, petugas di 37 Puskesmas di wilayah kerja sekolah akan melakukan vaksinasi. Jumlah tersebut, kata dia, belum termasuk untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah dan Raudhatul Athfal.
“Alokasi vaksin dari Dinkes Provinsi Jateng untuk Kota Semarang sebanyak 150 ribu dosis. Harapannya, bisa dilakukan percepatan sepekan ke depan,” katanya, Senin (20/12).
Ia menjelaskan, jika dalam satu sekolah ada anak yang memiliki komorbid ataupun penyakit lainnya, vaksinasi sebaiknya dilakukan di rumah sakit. Atau orang tua siswa bisa melakukan konsultasi dengan dokter anak.
“Vaksinasi akan dilakukan di sekolah. Kalau ada anak dengan kondisi tertentu, bisa konsultasi ke dokter anak. Atau bisa vaksin di rumah sakit, namun kita akan standby-kan petugas untuk mengantisipasi KIPI,” jelasnya.
Syarat lainnya, lanjut Hakam, sebelum mendapatkan vaksinasi harus dalam kondisi sehat. Tidak boleh demam ataupun batuk pilek dan tekanan darah harus di atas 140/90. Nantinya semua anak akan melalui skrining oleh petugas kesehatan sebelum dilakukan vaksinasi.
“Saat pelaksanaan vaksin besok (hari ini) juga akan dilakukan edukasi terus, dan nanti akan ada call center kartu vaksinnya, jika di rumah diketahui ada KIPI bisa langsung menghubungi petugas,” tambahnya.
Jika setelah mendapatkan vaksin ada temuan KIPI, kata Hakam, misalnya demam, orang tua bisa memberikan parasetamol. Lalu jika ada kemerahan atau bengkak pada bekas suntikan, maka bisa langsung dikompres menggunakan air dingin.
“Sinovac ini vaksin yang KIPI-nya rendah, demam juga jarang dikeluhkan, bengkak juga tidak ada yang melaporkan khusus Kota Semarang, semoga saja tidak ada temuan KIPI,” bebernya.
Sekolah ataupun petugas kesehatan, lanjut dia, sudah memberikan sosialisasi kepada orang tua siswa sejak pekan lalu. Mulai soal temuan KIPI sampai manfaat vaksinasi bagi anak. Tahap sosialisasi dianggap penting agar vaksinasi bisa berjalan lancar.
“Kita tidak buru-buru melakukan vaksinasi anak, sosialisasi kita gencarkan. Kalau ada yang menolak, mungkin harus ada edukasi yang lebih detail lagi, karena manfaatnya lebih banyak,”tambah dia.
Namun jika dilihat secara kasus aktif yang terjadi pada anak-anak memang tidak banyak, sementara jika dilihat tingkat kematiannya pun terbilang sangat rendah.
“Memang ada kasus kematian, tapi jumlahnya nggak banyak. Jumlahnya mungkin nol koma, dari jumlahnya kasus kematian 88 ribu,” bebernya.
Sekretaris Komisi DPRD Kota Semarang Anang Budi Utomo meminta pelaksanaan vaksinasi anak usia 6 – 11 tahun harus di bawah pengampuan orang tua. Artinya, harus didampingi orang tua saat anak menerima vaksinasi.
“Beda dengan SMP – SMA yang tidak menimbulkan trauma, apalagi harus ada skrining. Jadi, dipastikan kapan anak mendapatkan vaksin saat bulan imunisasi anak sekolah atau vaksin lainnya,” pintanya.
Politisi Partai Golkar ini menambahkan jika pendampingan diperlukan. Jika muncul KIPI, misalnya pembengkakan pada bekas suntikan, panas, mual, dan meriang, orang tua tidak perlu panik.
“Komisi D juga akan melakukan tinjauan agar vaksinasi berjalan dengan baik dan lancar. Vaksinasi dilakukan di sekolah akan lebih memudahkan dalam monitoring dan evaluasi jika terjadi KIPI pada anak,”katanya. (den/aro)