RADARSEMARANG.COM, JOGJAKARTA, – Cepatnya perkembangan teknologi saat ini membuat peran perpustakaan tergantikan dengan pustaka digital atau online. Melihat kondisi itu, Komisi A DPRD Provinsi Jateng berusaha membenahi perpustakaan agar tetap menjadi sumber referensi utama masyarakat. Mengingat perpustakaan di Kota Gudeg tersebut mampu meraih penghargaan terbaik se-Indonesia.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DIJ Monica Nur Lastiyani mengatakan gedung perpustakaan tersebut merupakan gedung bersejarah yang letaknya di Jalan Malioboro. Biasanya, pengunjung yang datang ke Jogja Library Center berkisar 1.000 sampai 1.200 pembaca setiap harinya. “Kami selalu berupaya dan berharap masyarakat tetap menjadikan buku sebagai sumber referensinya,” katanya di Gedung Grahatama Kota Yogyakarta, Kamis (30/1).
Pihaknya berusaha menjadikan Gedung Grahatama sebagai gedung utama perpustakaan senyaman mungkin bagi para pengunjung. Untuk jam operasional, buka setiap hari, termasuk Sabtu dan Minggu hingga pukul 22.00. “Kami berusaha membuat gedung menjadi tempat bacaan yang nyaman. Dan tidak kalah penting, perpustakaan juga berorientasi pada pengentasan kemiskinan. Sebagai contoh, seorang asisten rumah tangga dapat menjadi pengusaha kuliner setelah rajin baca buku masakan,” jelasnya.
Menanggapi hal itu, Ketua Komisi A DPRD Provinsi Jateng M Saleh menyatakan, Provinsi Jateng berupaya menghadirkan bersama buku dan digitalisasi sehingga memacu minat baca masyarakat. “Kalau generasi dahulu, lebih gampang membaca buku. Berbeda dengan generasi sekarang yang lebih gampang membaca melalui gadget. Untuk itu, buku dan digitalisasi harus dihadirkan bersama,” kata politikus Golkar itu.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Provinsi Jateng Quatly Abdulkadir Alkatiri mengatakan apa yang dilaksanakan Dinas Perpustakaan dan Arsip DIJ sangat menarik soal bedah buku yang bisa mengentaskan kemiskinan. Idealnya perpustakaan tidak ditarget PAD (pendapatan asli daerah) karena akan lebih bernilai dengan mencerdaskan.
Soal minat baca, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jateng Priyo Anggoro menilai ada perbedaan sosial antara Jateng dan DIJ. Di Provinsi DIJ, sebutan Kota Pelajar sangat melekat dan hanya memiliki 4 kabupaten, sedangkan Provinsi Jateng dengan 35 kabupaten/kota memiliki karakteristik beragam. “Karena itu, Dinas bersama Komisi A berkeinginan menciptakan komunitas pembaca yang terpelajar dan cerdas,” kata Priyo. (cah/ari/ida)