27 C
Semarang
Tuesday, 28 October 2025

Merawat Tradisi Bersyukur melalui Baritan

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Wonosobo – Tradisi baritan di Desa Maron, Kecamatan Garung kembali digelar pada Selasa (23/8). Puluhan gunungan sebagai wujud syukur tersaji dalam momentum perayaan tahunan itu.

Bagi warga di Desa Maron, Baritan telah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun temurun. Namun biasanya hanya dilakukan di dusun masing-masing. “Baru sejak 2019 lalu kita satukan dalam satu agenda yang dikemas dengan cukup meriah. Sempat terhenti karena pandemi, dan tahun ini kita gelar lagi secara bersamaan,” ujar Ketua Panitia Baritan, Muaris di sela acara kemarin.

Dengan mengambil tema ‘Ngrawat Tradisi, Ngrumat Panghuripan’ tak lain untuk terus membumikan kebiasaan baik yang telah dilakukan secara turun temurun. Sekaligus sebagai wujud terima kasih masyarakat terhadap Tuhan atas kelimpahan rezeki yang telah diberikannya.

Tradisi Baritan sendiri dikenal sebagai tasyakuran yang dilakukan oleh masyarakat. Di Desa Maron, tradisi ini dimulai dengan melakukan tasyakuran di beberapa sumber mata air. Dilanjutkan dengan melaksanakan unduh-unduhan atau festival bersama seluruh warga desa. Dan ditutup dengan pergelaran wayang kulit di sekitar Telaga Menjer.

“Biasanya kita lakukan di bulan Suro atau tahun baru Hijriah sebagai wujud syukur kita atas kelimpahan rezeki yang tuhan berikan. Wujudnya dalam hasil bumi yang kita terima selama ini,” ujarnya.

Dalam gelaran kali ini, ada 46 gunungan yang dibawa oleh warga desa. Masing-masing perwakilan Rukun Tetangga (RT) di wilayah itu diminta untuk membawa hasil bumi yang telah diperolehnya.

“Dan gunungan ini kan memiliki makna yang bagus. Selain sebagai wujud syukur, bagi warga disini gunungan adalah simbol dimana kita hidup. Yang dikelilingi banyaknya pegunungan,” katanya.

Ia berharap jika tradisi baritan ini bukan hanya sebagai sebuah agenda rutinan saja. Kedepan, pihaknya ingin jika tradisi ini bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan regional maupun nasional.

“Kita punya Telaga Warna yang sudah ada dan terkenal. Tinggal kita memasukkan acara ini menjadi salah satu paket wisata, saya kira ini akan lebih menarik,” harapnya.

Sebab, di gelaran ini saja, pengunjung yang datang cukup besar. Sekitar 70 persen dari warga di Desa Maron mengikuti gelaran tersebut. “Ada kalau yang datang itu jumlahnya 3000 lebih. Padahal jumlah warga kita itu di angka 4000,” tandasnya. (git/ton)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya