RADARSEMARANG.COM, Wonosobo – Tanda kerusakan dan degradasi hulu Sungai Serayu semakin besar. Lima kabupaten yang dialiri sungai mulai terancam. Sistem pertanian yang salah kaprah dianggap menjadi biang dari kerusakan di daerah aliran sungai (DAS) Serayu.
“Karena yang paling penting itu terjadinya erosi yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Yakni sistem pertanian yang perlu kita pikirkan,” terang Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Wonosobo Widi Purwanto saat mendeklarasikan Gerakan Cinta Serayu di Desa Mlandi, Kecamatan Garung Selasa (7/6) siang.
Saat ini dampak dari erosi yang ditimbulkan kian mengkhawatirkan. Sedimentasi di Bendungan Mrica, Banjarnegara misalnya, jumlahnya kian meninggi. Tak hanya itu, lima kabupaten yang dialiri Sungai Serayu juga ikut terdampak. Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga, dan Cilacap akan semakin sering terjadi banjir.
“Karena harusnya bendungan di Mrica yang digunakan untuk menahan air, justru saat ini sepertiga dari jumlah luasan bendungan sudah terisi oleh sedimentasi,” katanya.
Jika hal tersebut tidak segera diatasi, dampak buruk bagi lima Kabupaten yang teraliri DAS Serayu akan semakin terancam. Oleh karena itu, pihaknya sengaja menggelar acara di hulu DAS Serayu, tepatnya di Desa Mlandi ini untuk kembali mengingatkan pentingnya menjaga lingkungan. Meskipun faktor ekonomi juga perlu terus untuk diperbincangkan.
Salah satunya dengan mengubah pola pertanian ke metode yang digunakan orang zaman dahulu. Yakni dengan menanam tanaman musiman dengan metode sabuk gunung. Sehingga saat hujan tanah tidak langsung turun ke sungai yang menyebabkan erosi. (git/ton)