RADARSEMARANG.COM, Wonosobo – Dua hari sudah berlalu dari ambruknya jembatan di Dusun Gentan, Kelurahan Kalikajar, Kecamatan Kalikajar. Sejumlah korban yang mengalami luka mulai membaik. Namun korban masih trauma dengan peristiwa yang menelan satu korban jiwa tersebut.
“Gelo rasane Pak Bupati. Kok tiba-tiba mak bruk (terjatuh),” terang salah satu korban selamat, Parsinah, 50, saat dijenguk Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat Selasa (7/6).
Ia mengaku saat itu tidak menyadari akan tanda-tanda putusnya jembatan tersebut. Bersama lima korban yang lain, ia berjalan biasa seperti saat berangkat ke sawah di pagi hari.”Mboten onten tanda nek ajeng roboh jembatane,” katanya.
Parsinah bersama rombongan merasa percaya diri saat melintas lantaran sebelum mereka menyeberang, sudah ada rombongan lain yang melintas. Ia adalah rombongan kedua yang melintas jembatan bambu itu.
“Sakderenge niku kan onten rombongan, nggih selamet,” katanya saat menggambarkan situasi sebelum jembatan ambruk.
Parsinah juga tidak menyangka jika ada satu orang yang sampai hanyut dan meninggal. Sebab enam petani yang terjatuh ini berusaha menyelamatkan diri masing-masing.
Saat ini, kelima korban yang sempat dirawat di rumah sakit telah dipulangkan ke rumah masing-masing. Kondisi Parsinah saat ini terus membaik. Meski masih dilakukan rawat jalan.
Saat mengunjungi satu persatu keluarga korban, Afif juga memberikan sejumlah paket sembako dan santunan. Ia berharap jembatan alternatif tersebut tidak usah digunakan lagi. “Karena kan sebenarnya ada jembatan utama, gunakan itu saja yang relatif aman. Karena sudah dibangun secara permanen,” katanya.
Sementara itu, Camat Kalikajar Subagyo Agus mengatakan kondisi jembatan bambu tersebut memang sudah tidak layak. Sebab jembatan bambu itu umurnya sudah lebih dari dua tahun sejak dibangun pertama. Terlebih sebenarnya sudah ada niatan dari warga sekitar untuk mengganti jembatan tersebut. Namun niat itu belum terlaksana lantaran di wilayah tersebut masih sering turun hujan. “Akhirnya niatan untuk segera memperbaiki itu ditunda. Menunggu musim kemarau tiba,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, jembatan bambu di Dusun Ganten ambrol pada Minggu (5/6) siang. Ada enam orang yang terjatuh ke sungai. Salah satu warga yang tengah menyebrang, Sutiyem, 50, ikut terseret arus sungai yang cukup deras dan tidak dapat menyelamatkan diri. Ia ditemukan warga sudah meninggal. (git/ton)