RADARSEMARANG.COM, Wonosobo – Tebing setinggi 20 meter di ruas jalan utama Wonosobo-Purworejo longsor. Satu truk bermuatan kayu yang tengah melintas tertimpa material longsoran.
Longsor tersebut terjadi pada Sabtu (28/5) lalu sekitar pukul 10.00 pagi saat arus lalu lintas di jalan ramai lancar. Longsor diduga akibat hujan yang mengguyur wilayah Kalikajar sehari sebelum kejadian. Tanah tebing yang terus dikeruk itu tak kuat menahan beban air yang berlebih.
“Penyebabnya memang kita duga karena ada pengerukan bukit milik warga di sana. Sehingga tanah labil dan saat hujan tak kuat menahan beban air,” terang Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Wonosobo Bambang Triyono saat dikonfirmasi Minggu (29/5).
Longsor terjadi di kawasan Dusun Kedalon, Desa Sigug, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo. Atau di sebelah selatan dari Polsek Kalikajar. Tebing setinggi 20 meter dengan panjang 50 meter itu longsor ke jalan utama.
“Pada saat bersamaan muncul satu kendaraan truk yangsedang melintas. Karena tak bisa menghindar, sebagian badan truk tersebut sempat tertimpa reruntuhan hingga terguling,” katanya.
Pengemudi truk, Supri, warga Gunung Tugel, Kabupaten Sukoharjo selamat dan hanya mengalami luka ringan. Selain menyebabkan truk terguling, material longsoran menutup badan jalan dengan ketinggian sekitar 3 meter. “Kami mendatangkan alat berat untuk membersihkan material longsoran yang menutupi badan jalan,” kata Bambang Tri.
Setelah tiga jam dibersihkan, arus lalu lintas mulai dibuka dengan sistem buka tutup. Kemacetan panjang terjadi hingga mencapai 3 kilometer.
Di Wonosobo, longsor yang disebabkan oleh pengerukan tebing tak hanya terjadi kali ini saja. Setidaknya sudah ada empat kasus yang jelas merugikan masyrakat terkait pengeprasan bukit.
Pertama, pengeprasan tebing Ketinggring menyebabkan dua kali longsor di Jalan KH Hasyim Asy’ari. Sebuah bengkel mobil juga rusak akibat tertimpa longsoran. Kedua, perataan bukit Argopeni yang mengakibatkan banjir lumpur serta pendangkalan Sungai Wanganaji. Ribuan ikan wilayah ini juga mati.
Ketiga, Pengeprasan di Desa Jolontoro, Kecamatan Sapuran merusak 5 rumah milik warga yang berada di bawahnya. Dan terakhir pengeprasan bukit di Kalikajar yang mengakibatkan longsor serta memicu tergulingnya truk pengangkut kayu ini.
“Dari semua yang melakukan pengeprasan ini memang tidak berizin mas. Setahu saya begitu,” terang Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU PR) Kabupaten Wonosobo Nurudin Ardiyanto saat dihubungi melalui sambungan telefn.
Padahal, dalam mekanisme pengeprasan bukit seharusnya perlu memperhatikan banyak hal. Mulai dari kepengurusan izin juga aspek lingkungan yang perlu diperhatikan. Meskipun tanah tersebut milik pribadi. “Tapi baiknya kan memang harus dikonsultasikan dulu, dicek dulu, sehingga dampak yang ditimbulkan ini tidak merugikan banyak orang,” tandasnya. (git/ton)